Setelah menikah, kecintaanku pada durian tetap eksis. Istriku orang Batak, penggemar durian juga. Cocok? Tidak, kami saling mendukung dan melengkapi.
Belakangan, kami punya banyak daftar kebutuhan. Harus mengikuti seminar pasutri (pasangan suami-istri) di luar kota, dan wisuda adik ipar di awal tahun 2024. Orang tua dari Medan akan datang ke Jawa.
Pas banyak kebutuhan, pas musim durian, pas juga Mbah (Bapakku dan Paman-Bibi) di kampung ada panen duren. Jiwa wirausaha kami yang sudah terbangun sejak mahasiswa kembali membara. Dulu kami sering melakukan usda (usaha dana) untuk kegiatan ret-ret, Natal maupun kegiatan kampus lainnya.
Siapa sangka, kami bisa meneruskan usda ini setelah menikah. Kami berjualan durian. Bukan uang, modal kami adalah kepercayaan. Kami bawa dulu duren milik Mbah atau tetangga untuk kami jualkan. Jika sudah laku kami baru bayar dengan mengambil sedikit laba.
Jika dikerjakan dengan tekun, hasilnya lumayan. Kami kalah jumlah dengan pemodal besar. Tapi kami bisa jamin bahwa duren dari Mbah adalah matang, jatuh dari pohonnya. Panennya hampir tiap hari, jadi buahnya dijamin segar.
Omong-omong, dari mengerjakan usaha dana berikut ini aku merangkum filosofi buah durian.
1) Kasar di luar, lembut di dalam
Kepribadian orang dinilai dari penampilannya. Penampilan rapi, kepribadiannya baik. Demikian pula sebaliknya. Tapi, di era media sosial penampilan tidak lagi menjadi tolok ukur. Orang 'dipaksa' tampil sempurna agar mendapat like dan positive comment. Entahkah kepribadian dan perilakunya sebagus penampilan, itu soal belakang.
Orang yang memakai hijab (representasi kesopanan), tapi banyak yang korupsi atau bertindak arogan sampai viral di medsos. Ada yang penampilannya cantik atau ganteng, tokoh agama, maupun pejabat publik, tapi selingkuh dan melakukan tindak kriminal. Orang yang demikian seperti buah kedondong, mulus di luar, tapi 'berduri' di dalam.
Sebaliknya, ada orang yang tato-an dan rambut gondrong seperti preman, tapi hatinya lembut dan suka menolong.
Demikian pula dengan duren. Orang gampang menghakimi dari penampilan luarnya. Kulitnya kasar, berduri, tajam. Jangankan menyentuh, melihatnya saja sudah ngeri. Sakit kalau tertusuk.