Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

TikTok Shop Dilarang, Suatu Alibi Enggan Berkembang?

8 Oktober 2023   15:20 Diperbarui: 10 Oktober 2023   12:10 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pasar Tanah Abang yang dulu berjaya, kini hidup segan mati tak mau. Kenapa bisa begitu?

Pasar Tanah Abang vs TikTok Shop | foto: BBC Indonesia, Shutterstock/farzand01
Pasar Tanah Abang vs TikTok Shop | foto: BBC Indonesia, Shutterstock/farzand01

Disrupsi ekonomi. Toko online menjadi salah satu penyebab sekaratnya Pasar Tanah Abang. Pengamat ekonomi digital Nailul Huda berujar, kebiasaan konsumsi masyarakat sudah bergeser sebelum pandemi, dari berbelanja di toko konvensional ke toko online.

Jangankan Tanah Abang, retail modern yang lebih besar seperti Matahari, Ramayana, Giant banyak yang tutup. Nailul mengungkap, dua faktor utama orang memilih berbelanja online yakni kenyamanan dan harga yang lebih murah.

Pelanggan nyaman berbelanja online karena harganya miring, gratis ongkos kirim, tidak makan waktu keliling toko, dan barang langsung diantar ke depan rumah. Jangan lupa, pilihannya lebih banyak, ada review dari pelanggan lain dan bisa komplain langsung ke toko. Kemudahan ini tidak ada di toko konvensional.

Content first, commerce later. --TikTok Shop

Bagaimana pedagang konvensional bertahan?

Sebelum menjawab pertanyaan itu, kita tentu masih ingat HP Nokia. Sebagai HP terkuat di dunia (dilindas truk pun tidak rusak), ternyata Nokia tak bisa bertahan dari gempuran zaman. Perusahaan telekomunikasi yang didirikan tahun 1865 ini mulai runtuh kejayaannya saat Apple meluncurkan iPhone dengan sistem operasi iOS, lalu diikuti Android dari berbagai merek.

Nokia membuktikan saktinya pepatah di muka. Manusia tidak butuh HP yang tahan dilindas truk, tapi HP yang pintar serbabisa.

Hingga tahun 2011, pasar Nokia terus merosot dan hampir bangkrut. Windows pun mengakuisisinya dengan merek Windows Phone. Namun, di bawah naungan HMD Global Nokia direbut kembali dan akhirnya mau memakai sistem Android.

Nokia lamban membaca zaman. Ia hampir terkubur setelah puluhan tahun berjaya. Meski lambat, Nokia mau belajar dan berusaha kembali menjadi raja komunikasi.

Kembali ke toko konvensional. Nailul berujar, para pedagang konvensional harus beradaptasi dengan teknologi agar tidak tinggal nama. Meskipun, dampak e-commerce atau social commerce memotong rantai perdagangan dari pedagang grosir, pengecer, hingga ke pembeli. Inilah era disrupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun