Tracking adalah olahraga termurah setelah jogging. Modalnya hanya kaki, sepatu, dan niat penuh.
Kami menitipkan anak bayi di tempat Mbah di kampung asalku. Aku dan istri akan tracking menyusuri kampung.
Ini yang kami syukuri tinggal di Kota Salatiga. Meski kota kecil, dengan indeks pendapatan yang minim, masih melimpah tempat yang bernuansa alam dan lebih minim polusi dibanding kota besar seperti Jakarta.
Daerah tempat tinggalku didominasi persawahan dan perkebunan warga. Sebagai naturalis, inilah habitat terbaik kami.
Aku survei di Maps rute yang hendak kami lalui. Jaraknya sekitar 7-8 km, waktu tempuhnya satu jam.
Kami beranjak pukul 16.30 WIB. Hampir di sepanjang perjalanan kami disuguhkan pemandangan hijau dari sawah dan pepohonan. Badan sehat, hormon endorfin meningkat.
Lima belas menit pertama istriku masih semangat. Doi sangat suka melihat sawah yang hijau-hijau. Sesekali terdengar gemericik air dari kali atau tepian sawah. Bakal sempurna kalau ada kicauan burung dan langit biru.
Kami sempat menepi di sebuah drainase dengan background perbukitan dan langit senja. Asyik juga kalau bisa menikmati alam begini. Tak lama, kami lanjut berjalan.
Tiga puluh, empat puluh, enam puluh menit berlalu. Ini kok tidak sampai-sampai sih? Jalurnya mau ke mana? keluh istriku.
Rupanya, jalur yang sudah biasa kami lalui dengan sepeda motor jauh juga kalau ditempuh dengan berjalan kaki. Salah strategi ini.