Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Beda Adat, Siapa Takut? #35

15 Agustus 2023   12:03 Diperbarui: 15 Agustus 2023   12:19 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sarapan sambil sharing dalam setahun pacaran | dokumentasi pribadi

Di rumah tulang. Keesokan harinya, kami bangun pagi-pagi. Yanti sedikit membantu nantulang beberes dapur. Sedang nantulang itu sudah terjaga sejak subuh, memasak nasi kuning untuk berjualan.

Kami segera bersiap untuk ibadah minggu. Rencananya kami akan beribadah di salah satu gereja di kawasan kampus UPH. Setelah sarapan dan mengobrol kami pun pamit. Semoga lain kali bisa kembali berjumpa dengan keluarga tulang.

Kami naik ojek online menuju gereja. Di sekitar kampus ini terdapat taman kecil dengan pepohonan rindang. Sayang untuk dilewatkan, kami pun mengabadikan momen dengan berfoto.

Selesai ibadah, sekitar pukul 12.00 WIB, kami makan siang di salah satu kedai cepat saji di sekitar kampus. Waktu ini sekaligus menjadi kesempatan bagi kami merenungkan dan mensyukuri perjalanan satu tahun masa pacaran yang terpisah jarak. (Sebenarnya baru dua hari lagi kami memperingati tahun pertama jadian, namun terkendala waktu karena di hari kerja.)

Tidak ada yang istimewa dalam perayaan satu tahun kami pacaran. Tidak ada hadiah, barang perhiasan, bahkan sekedar sekuntum bunga. Cowok yang tidak romantis. Pelit.

Jika Anda di posisi saya, tentu takkan setega ini. Tidak ada inisiatif untuk membeli entah sekuntum mawar, atau emas imitasi pun mungkin sudah menyenangkan pasangan. Kami hanya sharing sambil menikmati nasi dan ayam tepung.

Syukurnya didukung gaya hidup sederhana Yanti tidak pernah mengharapkan barang mewah sebagai hadiah. Dia justru sangat paham dengan keadaan Kris. Sungguh aku adalah lelaki yang diberkati.

Hanya oleh anugerah Tuhan, Kris dan Yanti bisa melewati masa pacaran LDR, khususnya di tahun pertama. Setiap terjadi gesekan/ masalah, kami saling memberi toleransi dan penyataan kasih sebesar-besarnya.

Tidak selalu mudah. Gesekan-gesekan kecil bisa berubah menjadi pertengkaran. Namun sebisanya kami menyelesaikan masalah di hari itu juga supaya tidak merenggut damai sejahtera dari dalam diri.

Kami juga ingin memberi kesaksian bahwa LDR tidak masalah asalkan tidak dibiarkan. Melainkan harus ada usaha yang tekun dan sungguh-sungguh untuk mengalami pertumbuhan relasi dengan Tuhan maupun pasangan.  

Ada harga yang harus dibayar jika kita memutuskan LDR. Selain itu, ada target yang harus dicapai dan terus dievaluasi. Kami menargetkan LDR untuk pacaran saja, tidak setelah menikah.

Long Distance Relationship saat pacaran boleh saja, tapi jangan Long Distance Marriage.

Itu prinsip kami.

Dalam sharing di kedai itu, selain mengingat setiap kebaikan Tuhan, kami juga mengungkapkan hal-hal yang disukai atau tidak disukai pada diri pasangan. Jarang ada pasangan yang melakukan hal ini, inginnya tahu dan membagikan hanya yang baik-baik kepada pasangan.

Padahal, tidak bisa dipungkiri selama menjalin LDR ada kebisaan dalam diri maupun pasangan yang tidak disukai dan menyebabkan jengkel. Namun, alih-alih menuruti ego kami lebih mensyukuri hal-hal positif dalam diri pasangan.

Misalnya, Yanti adalah orang yang perhatian, peduli dan mau belajar. Yanti tidak ragu untuk gantian mentraktir biaya makan dan transportasi Kris saat belum punya pekerjaan. Padahal umumnya yang mentraktir harusnya cowok.

Sejak awal pacaran, kami berkomitmen untuk mengerjakan segala sesuatu berdua. Makan bersama, pergi bersama, biaya dan beban juga ditanggung berdua. Kelak, prinsip kerja sama ini ingin kami teruskan dalam kehidupan pernikahan.

Perhatian Yanti juga ditunjukkan dengan kerelaan hatinya menjemput Kris ke stasiun. Bukan dengan sepeda motor, atau ojek online, melainkan naik busway. Well, langkah ini sangat tidak praktis. Yanti harus menempuh jarak, mengeluarkan biaya dan berpanasan; sedangkan ia bisa saja memberi petunjuk jalan bagi Kris. Bagiku, itulah kasih yang tulus.

Dalam kunjungan kali ini, aku membawa satu dus besar berisi keripik pegagan pesanan teman-teman Yanti. Bobot dusnya saja sudah dua kilo. Total beban yang Kris bawa mencapai 7 kilo!

Bukan di depan pintu stasiun, Yanti masuk di lobi. Dalam perjalanan dari lobi stasiun ke terminal Transjakarta Yanti juga mau membantu mengangkat dus itu. Berat sapa dipikul. Dari hal-hal sederhana ini kami ingin terus bekerja sama dan menyatakan kasih.

Semua agenda di Jakarta sudah dikerjakan. Waktunya kembali menghadapi realita: LDR. Dari kunjungan ini memberi banyak hikmah. Pertama, Yanti membelikan tiket kereta Kris, dan kami sama-sama diberkati.

Kris tidak punya uang untuk membeli tiket. Transportasi selama di Jakarta juga sebagian besar ditraktir oleh Yanti. Namun, harga itulah yang memang harus dibayar demi bisa menikmati waktu berkualitas.

Kedua, agenda ke rumah tulang yang mulanya Kris anggap seperti proses penghakiman, ternyata menjadi penguatan. Tulang (orang Batak) menikah dengan orang bukan Batak bukanlah masalah. Bisa dicari solusinya asal dikomunikasikan dengan baik.

Pertemuan dengan tulang menjadi latihan (sekaligus ujian), bahwa meski tidak punya apa-apa Kris berani menghadap dan berkenalan dengan saudara sulung mama Yanti.

Satu tahap terlewati. Tahap berikutnya bakal lebih menantang. Kami tak mampu melaluinya tanpa campur tangan Tuhan. Lobi stasiun kembali menjadi saksi perpisahan kami. Kembali berjuang dalam LDR sambil mempersiapkan pernikahan. --KRAISWAN 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun