Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pergi Berdua, Pulang Bertiga

30 Juni 2023   02:36 Diperbarui: 30 Juni 2023   03:49 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak kami pertama kali naik pesawat | foto: KRAISWAN

Bulan Juni-Juli kami begitu padat. Menjelang libur akhir semester yang hanya satu minggu, kami punya banyak daftar agenda.

Istriku menjadi pembicara di 3 sesi, aku menyelesaikan rapor di sekolah, kami memimpin kelompok kecil, adikku menikah tanggal 16 Juni sedangkan adik ipar tanggal 7 Juli.

Kalau rutinitas, kami biasa mengatasinya. Namun acara insidental seperti pernikahan ini yang agak ribet. Meski tidak banyak membantu, kami harus mengelola waktu, tenaga dan pikiran. Belum lagi perasaan jika terjadi kebuntuan dalam diskusi.

Dalam persiapan acara adikku, diselingi dengan bapak yang kolot. Untuk acara adik ipar, kami harus mengatur izin di tempat kerja, sebab ada raker yang harusnya aku ikuti. Perizinan ini berkaitan dengan pembelian tiket pesawat. Kami berkejaran dengan waktu.

Selain itu, perjalanan kali ini lebih menantang karena membawa si bayi. Dulu sehabis nikah, kami pergi berdua. Kini saat pulang kampung, telah bertiga. Bagaimana kami mensiasatinya?

1) Pesan tiket jauh hari

Biaya merantau memang mahal. Baik biaya hidup, maupun transportasi, apalagi naik pesawat. Sebagaimana hukum pasar, harga tiket melambung saat musim liburan.

Istriku sudah merantau sejak lulus SMA, sudah berkali-kali naik pesawat. Untuk mensiasati harga tiket mahal, ia membeli jauh-jauh hari. Bisa menghemat sampai 50%.

Anak kami pertama kali naik pesawat | foto: KRAISWAN
Anak kami pertama kali naik pesawat | foto: KRAISWAN

Aku lebih dulu memastikan perkiraan waktu liburku. Baru dikomunikasikan dengan adik ipar untuk menentukan tanggal pernikahan. Keren kan, tanggal nikah adikku mengikuti tanggal liburku, hehe. Dengan begitu barulah membeli tiket pesawat.

2) Mengatasi transit terlalu lama

Ada penerbangan langsung ke Kualanamu dari Jogja. Tapi transit 5-6 jam di bandara. Biayanya juga mahal, 1,7 juta/orang.

Istri menyarankan, beli tiket yang dari Jakarta. Harganya lebih murah, sekalian mampir ke rumah tulang godang (paman nomor satu). Menjadi petualangan juga bersama anak bayi. Sekali dayung, tiga pulau dilampaui.

Bagaimana cara ke Jakarta? Bis, atau kereta? Kereta memang lebih ontime. Tapi akses ke stasiun-bandara susah. Bis menjadi jawabannya.

Anak kami enjoy naik bis | foto: KRAISWAN
Anak kami enjoy naik bis | foto: KRAISWAN

Selain akses dari terminal-bandara lebih mudah, dengan naik bis dapat sekali makan. Anak bayi sudah "kursus" naik bis ke Solo. Ini waktunya praktik. Ia pun bisa enjoy menikmati perjalanan dengan bis.

Biaya ringan, anak pun girang. Sebab dia bisa naik turun berdiri di kursi selama perjalanan sambil melihat kendaraan lain berlalu lalang.

3) Mengenalkan bermacam alat transportasi

Anak kami (lelaki, 20 bulan) minat tinggi terhadap kendaraan. Utamanya 'bisss', 'tukkk', dan 'wattt'. Kami punya flash card kendaraan di rumah.

Kami sering mengajaknya bepergian dengan motor maupun mobil, sambil dia melihat kami kenalkan namanya, dia tahu bentuk dan suaranya.

Antusias melihat pesawat | foto: KRAISWAN
Antusias melihat pesawat | foto: KRAISWAN

Kendaraan darat hampir semua dia sudah lihat. Kali ini kesempatan anak kami naik pesawat. Tinggal kapan nanti di kampung naik kapal menyeberang ke Samosir.

Bergaya di Bandara Kualanamu | foto: KRAISWAN
Bergaya di Bandara Kualanamu | foto: KRAISWAN

Syukurnya, anak kami tidak mabukan dan tidak rewel. Keren!

4) Bulan Juli, momen yang tepat

Selesai acara pernikahan adikku (bulan Juni), ganti adik ipar di bulan Juli. Pas aku libur sekolah. Pas nikahan adik ipar, pas anak kami ketemu oppungnya (kakek). (Sampai si bayi bisa jalan, baru mau ketemu ini.) Anda tahu rasanya, punya cucu pertama tapi belum pernah menggendong. Rindu tak terucap.

Tambah lagi, bulan Juli anak kami masih 20 bulan, (di bawah 2 tahun) masih free tiket pesawat. Limpahnya berkat Tuhan. Kepulangan kami ini menjadi momen yang tepat.

Bertemu keluarga di kampung Sumatra | foto: KRAISWAN
Bertemu keluarga di kampung Sumatra | foto: KRAISWAN

Kepulangan kami juga menjadi kesempatan mengenalkan anak pada keluarga besar orang Batak di kampung Sumatra. Melihat semua keluarga dalam kondisi sehat, berkumpul dalam momen bahagia, indahnya!

Demikian kisah kami. Di Jawa kami tinggal dan berkarya, di Medan kami liburan ke kampung halaman. Anak kami menjadi saksi indahnya perjalanan kami menjelajah Jawa dan tanah Batak. Pergi berdua, pulang bertiga. --KRAISWAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun