Begitu mobil teman di sampingku, kami rapat kilat. Ia sepakat, menerobos lampu merah karena memang darurat. Aku tancap gas. Ada satu motor dari depan, aku melambaikan tangan sambil berteriak "Pasien, darurat!" Bapaknya mengangguk.
Tiba di lobi IGD. Aku segera memanggil tenaga medis agar membawakan ranjang pasien. Untuk mengangkat pasien dari mobil pun susah. Kami hanya dua pria. Temanku memegang kakinya, aku harus menyangga pinggul dan badannya. Apakah aku kuat?
Dengan kekuatan bakso urat....!
Belum sampai di tengah ranjang, si pasien aku jatuhkan. "Aaaaaaaaa!!", teriakku. Dikira tanganku terjepit. Mbaknya berat euy. Badanku yang seperti sapu lidi ini tak sanggup menopang mbaknya yang posturnya 3x lipat dariku.
Setelah memberi penjelasan dan menunjukkan identitas pasien, kami boleh meninggalkannya. Temanku yang tadi di kasir memberi nomor HP-nya sebagai kontak. Syukur, sorenya mbaknya sudah siuman dan mengucapkan terima kasih.
Demikian kisah epic kami. Dari graduation ke accident, telah diberkati untuk menjadi berkat. --KRAISWAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H