Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Diberkati untuk Menjadi Berkat, from Graduation to Accident

9 Juni 2023   10:40 Diperbarui: 10 Juni 2023   09:50 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah acara bahagia dalam graduation itu, aku dan empat orang teman dihadapkan pada suatu accident. Siang itu, kami diizinkan pulang jam 1 siang, dua jam lebih awal. Beberapa teman mengajak makan mi ayam-bakso. Enak, katanya.

Berjarak 10 menit naik mobil, kami tiba di warung dimaksud. Antrinya, astaga... pas jam makan siang. Menunggu sekitar 20 menit, pesanan kami tiba. Dengan kecepatan masing-masing, kami mengucap syukur dalam doa, lalu sigap memindahkan isi mangkok ke dalam perut. Memang enak!

Drama dimulai saat teman kami membayar di kasir. Sayup terdengar rintihan seorang perempuan berjilbab, tertutup suara derit kaki kursi yang bergeser. Ia pusing, mau pingsan. Temanku gercep, mendaratkan perempuan itu di kursi. Ia pun bersandar di tembok. Aman.

Namun, sampai kami beranjak dari meja, si mbak bukannya baikan malah makin lemas. Duduknya oleng, mau jatuh dari kursi. Jangan sampai kursi ini patah seperti kursi bapak di belakangku tadi. Mbaknya memang agak gemuk.

Panik, temanku segera mencari HP di tas untuk menghubungi keluarga. Ternyata dia anak kos. Lalu, HPnya diberi sandi. Ia memejamkan mata, tak sanggup berbicara. Repot ini.

Dengan sisa tenaga, ia berkata minta diantarkan ke Rumah Sakit DKT, ia punya kartu member. Tapi, kami tidak mengenal mbak ini. Nanti yang tanggung jawab siapa? Bisa saja kami pasrah pada pemilik warung, kan pelanggannya. Namun, dengan jiwa kemanusiaan yang melekat dalam diri, kami harus do something.

Ada seorang gadis rambut pirang menerobos, lalu memegang tangan si mbak berjilbab. "Mbak temannya?", temanku menyelidik. Ternyata gadis ini perawat. Nadinya lemah, perlu air hangat. Atas rekomendasinya, mbak ini harus segera dibawa ke rumah sakit.

Inilah kesempatan untuk mempraktikkan tema Blessed to Bless. Kami dan kita semua apa pun latar belakangnya, harus menjadi berkat bagi orang lain. Kami diminta untuk mengosongkan diri, tidak peduli siapa orang yang kita tolong. Dikenal atau tidak, baik atau tidak; kalau perlu bantuan ya ditolong.

Bak panitia graduation, kami pun berbagai tugas. Ada yang mengantar ke mobil, ada yang membawakan tas, ada yang membawakan motor. Pemilik warung memanggil jukir, diangkatnya mbaknya yang sudah lemah lunglai itu dalam satu gerakan. Hebat.

Aku bertugas membawakan motor, dan membukakan jalan. Wah keren, seperti di filem-filem itu. Tiba di pertigaan lampu lalu lintas, pas menyala warna merah. Otakku bergulat, terobos atau tunggu. Ini pasien darurat lho.

Baca juga: Secuplik Kisah Blessed to Bless

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun