Aku juga tidak punya mental sales, tidak berani door to door kepada pelanggan. Pasang iklan? Belum cocok dengan modal dan pemasukan. Praktis, melalui kontak dan kenalan produknya dipasarkan. Apalagi produk minuman ini tidak tahan lama, tidak bisa dikirim ke luar kota.
Namun, siapa sangka promosi "gethok tular" (dari mulut ke mulut) masih berlaku. Beberapa pelanggan merekomendasikan kepada temannya dan temannya lagi. Ada tetangga yang berlangganan jamu kami. Pada Oktober 2022, kenalannya bertanya siapa yang tetangganya yang bisa memberi pelatihan tentang toga (tanaman obat keluarga).
Istriku pun dihubungi, ditawarkan apakah bisa memberi pelatihan dimaksud. Tanpa pikir panjang, langsung sat-set istriku mengambil kesempatan ini. Tak tanggung-tanggung, langsung melaju ke tingkat kelurahan. Ada banyak peserta dari lingkup RW yang datang pelatihan.
Jawaban doa: memberi dampak bagi lingkungan
Entah bagaimana tetangga kami itu dihubungi oleh orang kelurahan, lalu teringat pada kami. Kami memang masih minim jejaring, jadi sulit untuk memulai. Tapi dengan pertolongan Tuhan, justru dibukakan jalan melalui tetangga kami. Tak pernah kami pikirkan sebelumnya.
Pelatihan yang dilakukan istriku di kelurahan Salatiga itu menjadi jawaban doa kami, yaitu ingin memberi dampak pada lingkungan, khususnya kalangan ibu-ibu rumah tangga. Siapa sangka, empat bulan berikutnya (Februari 2023), istriku kembali diundang untuk memberi pelatihan di salah satu RW di kelurahan Salatiga. Pengundangnya ternyata hadir saat pelatihan di kelurahan. Gayung pun bersambut.
Memberdayakan sesama perempuan melalui toga
Kenapa materinya tentang toga? Tanaman obat keluarga menjadi sesuatu yang seharusnya wajib dimiliki oleh setiap keluarga. Selain banyak manfaat yang akan diterima, juga penting untuk menjaga kewarasan ibu-ibu rumah tangga, dibandingkan hanya bermain medsos dan menggosip.
Bagaimana kalau di perkotaan yang tidak ada lahan? Itu bukan alasan, karena tanaman toga bisa ditanam di pot, polibek, bahkan plastik bekas kemasan minyak. Media tanamnya dijual di toko tanaman, Rp20.000/karung.
Istriku berani memberi pelatihan karena, pertama punya pengalaman di bidang herbal, baik penanaman maupun produksi. Kedua, istriku sendiri menanam tanaman toga di rumah. (Tanaman hias juga ada). Jadi tinggal menyusun materi di PPT dan membagikan pengalaman.