Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Beda Adat, Siapa Takut? #19

28 Februari 2023   15:18 Diperbarui: 28 Februari 2023   15:19 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang ada beberapa pasangan yang akhirnya menikah setelah kenal (atau dikenalkan) melalui medsos. Asalkan sudah kenal karakternya dan bisa satu tujuan, tidak masalah. Tapi kalau kenalnya hanya dari yang baik-baik saja, tunggu dulu.

Dalam masa pendekatan, hendaknya mengusahakan waktu pertemuan rutin untuk melakukan pengenalan masing-masing. Banyak pasangan yang katanya pacaran, sering bepergian berdua tapi tidak menambahkan pengenalan. Sebab, pertemuannya hanya diisi dengan bersenang-senang seperti nonton film, jalan-jalan ke mal, atau asal jalan dan berfoto. Kalau begitu, misalnya LDR dan waktu pertemuannya singkat, maka tidak akan ada pertumbuhan relasi.

Sejak Kris dan Yanti berdoa bersama, kami mengusahakan untuk pertemuan rutin. Entahkah aku yang ke Jakarta, atau Yanti yang ke Jawa Tengah. Waktu pertemuan yang minim, kami pakai untuk menceritakan hal-hal terkait keluarga dan pekerjaan. Hal ini akan menambah pengenalan masing-masing.

Jika sudah di tahap doa bersama, kemungkinan besar akan lanjut ke tahap pacaran. Tapi, jangan jadikan doa sebagai mantra yang bisa mengabulkan semua keinginan kita. Ingat, esensi dari berdoa adalah untuk mencari kehendak Tuhan. Jika sama-sama bertumbuh, satu pikiran, satu tujuan dan bisa mendukung, baik untuk berkomitmen dalam pacaran.

Hasil doa bersama, kami sepakat untuk menjalin relasi berpacaran. Dalam masa pacaran ini kami mulai mendiskusikan buku tentang pernikahan. Disertai dengan ayat-ayat Alkitab sebagai dasar, dan pertanyaan-pertanyaan panduan makin menolong kami untuk membukan karakter dan pandangan masing-masing.

Melalui diskusi dari buku, kami 'dipaksa' untuk mengungkapkan pendapat dan mengambil respons yang paling bijak atas masalah yang mungkin terjadi. Satu sisi, ini tidak nyaman, apalagi jika menyangkut luka masa lalu. (Kita semua pernah terluka, betul?) Namun, jika kita sudah hidup baru, tidak akan ada alasan untuk menutup-nutupi sesuatu dari pasangan. Semua akan dikomunikasikan secara terbuka agar pengenalannya juga tepat. --KRAISWAN 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun