Meski tinggal dan berkarya di kota sendiri, beban Kris akan sangat berat membawa "kapal" besar beranama PPA IO-801. Aku menjadi nahkoda yang harus membawa kapal iini berlayar mengarungi samudera ganas, sambil memperbaiki setiap kebocoran yang ada sampai mendarat di pelabuhan terdekat.
Positifnya, aku akan tinggal dekat dengan orang tua dan adik. Ritme kerja di kota mungil ini juga tidak sesibuk Surabaya. Bisa membantu sedikit-sedikit pekerjaan di rumah dan mengantar jemput ibu bekerja serta mengawasi perkembangan adik perempuan semata wayang.
Kekurangannya, gaji Kris hampir tiga kali lipat lebih kecil dari pada saat di Surabaya. Padahal saat itu masih ada tanggungan kredit motor. Aku juga penggila buku, bisa sebulan sekali membeli buku atau memborong saat ada bazar.
Tanda kasih yang Kris terima di PPA rasanya tidak akan cukup untuk tabungan menikah kelak. Sanggupkah aku hidup di Salatiga?
Kris dan Yanti beriman, jika Tuhan yang memanggil Kris untuk melayani di Salatiga, Tuhan juga yang akan mencukupkan kebutuhan kami, hingga kelak mempersiapkan pernikahan. Immanuel! --KRAISWANÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H