Dengan ditemukannya bensa, kita sudah lebih banyak pilihan untuk green energy. Kelak, kalau harga sawit jatuh, masih laku untuk bensa. Dahlan menutup, "Sawit untuk manusia, jagung untuk ternak. Mulut menjadi pesaing abadi untuk green energy."
Semasa kuliah (2012-an), dosenku pernah berujar bahwa topik yang tidak akan ada habisnya adalah energi. Semua makhluk hidup di bumi memerlukan energi. Manusia terus bertambah, sedang sumber energi terus berkurang. Konsep green energy yang dimaksud Dahlan nyambung dengan ucapan dosenku. Masalahnya, sumber green energy-nya adalah sumber bahan pangan. Jadi saingan seperti kata Dahlan.
Sebagai seorang guru sekaligus penikmat gorengan, aku sepakat dengan Faisal Basri. Tata kelola pemerintah menjadi kuncinya. Pembaharuan energi perlu, tapi perut rakyat jangan diabaikan. Kalau pun salah satu rantai suplay ada di kalangan pengusaha, seperti pengalamanku di awal artikel ini, tidak ada yang salah dengan mendapat untung. Namanya juga pengusaha. Maka, pemerintah yang harus cerdas, tegas dan jelas dalam membuat kebijakan. Jadi kebutuhan energi dan pangan sama-sama terpenuhi.
Sampai ada meme, "Waktu Covid-19 varian Alfa, yang langka masker dan hand sanitizer. Saat varian Delta, yang langka tabung oksigen. Waktu varian Omicron, malah minyak goreng yang langka." --KRAISWANÂ
Referensi: satu, dua, tiga, empat, lima
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H