Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Minyak Goreng Langka, Energi Dahulu Perut Kemudian

18 Februari 2022   11:15 Diperbarui: 1 Maret 2022   01:50 1146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan ditemukannya bensa, kita sudah lebih banyak pilihan untuk green energy. Kelak, kalau harga sawit jatuh, masih laku untuk bensa. Dahlan menutup, "Sawit untuk manusia, jagung untuk ternak. Mulut menjadi pesaing abadi untuk green energy."

Semasa kuliah (2012-an), dosenku pernah berujar bahwa topik yang tidak akan ada habisnya adalah energi. Semua makhluk hidup di bumi memerlukan energi. Manusia terus bertambah, sedang sumber energi terus berkurang. Konsep green energy yang dimaksud Dahlan nyambung dengan ucapan dosenku. Masalahnya, sumber green energy-nya adalah sumber bahan pangan. Jadi saingan seperti kata Dahlan.

Sebagai seorang guru sekaligus penikmat gorengan, aku sepakat dengan Faisal Basri. Tata kelola pemerintah menjadi kuncinya. Pembaharuan energi perlu, tapi perut rakyat jangan diabaikan. Kalau pun salah satu rantai suplay ada di kalangan pengusaha, seperti pengalamanku di awal artikel ini, tidak ada yang salah dengan mendapat untung. Namanya juga pengusaha. Maka, pemerintah yang harus cerdas, tegas dan jelas dalam membuat kebijakan. Jadi kebutuhan energi dan pangan sama-sama terpenuhi.

Sampai ada meme, "Waktu Covid-19 varian Alfa, yang langka masker dan hand sanitizer. Saat varian Delta, yang langka tabung oksigen. Waktu varian Omicron, malah minyak goreng yang langka." --KRAISWAN 

Referensi: satu, dua, tiga, empat, lima

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun