Sebelum dibuka, pemandangan pada plafon adalah indah adanya. Padahal, di baliknya tersimpan masalah. Atas kebocoran rumah kami, Om menasihatkan biar beres plafonnya harus dibuka, harus "dibedah". Hancur sepotong tak apa, demi melihat sumber kebocoran.
Demikian juga hati manusia. Penyakit paling berbahaya adalah sakit tak berdarah akibat ulah sendiri atau orang lain. Diperparah orang yang sakit menyangkal dirinya sakit. Harus berani mengaku jika memang sakit dan terbuka. Dokter paling hebat sekalipun perlu membedah saat melakukan operasi. Kecuali kelak sudah ada teknologi robot nano seperti di pilem-pilem itu, tak perlu dibedah.
3) Mengatasi masalah dengan masalah
Kebanyakan anda bakal kontra dengan slogan di atas. Dalam sudut pandang tertentu, ada benarnya. Untuk membangun sebuah stadion megah, misalnya, harus menggusur permukiman warga. Inilah fenomena mengatasi masalah dengan masalah.
Dalam kasus kebocoran di rumahku pun begitu. Air hujan yang merembes dan membasahi ruangan adalah masalah. Untuk menanganinya, harus membongkar plafon. Ini pun masalah, sebab plafonnya jadi rusak. Harus diganti dengan yang baru. Artinya ada biaya lagi yang harus dikeluarkan. Tapi, masalah utamanya selesai bukan?
Akhir kata, aku mengucap banyak terima kasih pada Om. Melalui bantuannya, bocor di rumahku berhasil dibereskan. --KRAISWAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H