Hidup paling tenang kalau tak punya utang. -- Ibuku
Guru, pahlawan dan inspirasi pertamaku adalah ibu. Biar tak punya ijazah, dia salah satu yang terus mendukungku sampai mendapat ijazah sarjana.Â
Dalam salah satu "mata kuliah" ibu pernah berujar, "Tak apa makan seadanya, yang penting gak punya utang." Menyentuh, karena ada yang bahkan untuk makan enak, suka jajan tapi banyak utang. Tidur pun tak tenang.
Seumur-umur, aku hanya punya utang sepeda motor. Meski dengan cicilan ringan, jadi beban juga karena aku pernah jobless sekitar enam bulan. Sambil tiarap menyeret kaki, lunas juga dengan menguras tabungan yang sejimpit. Tapi setelahnya lega karena tak punya utang.
Berutang boleh, asal ada tanggung jawab membayar
Utang menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup manusia. Negara pun perlu berutang untuk melakukan pembangunan. Banyak dikupas Denny Siregar di YouTube. Lagi pula ada pihak atau lembaga yang menawarkan pinjaman atau utang. Baik personal, bank, maupun pinjol yang marak hari-hari ini. Namun harus jelas untuk apa uang yang diutangi ini.
Jika untuk modal usaha, artinya untuk memutar roda ekonomi dan nantinya sukses, pasti indah rasanya. Jika untuk memenuhi kebutuhan, asal ada gaji atau pemasukan tetap untuk membayar aman.Â
Jika untuk gaya hidup hedon, sebaiknya tahan. Sebab, setinggi-tingginya gaji, biasanya lebih tinggi gaya hidup. Daripada nanti diteror dan dicari-cari debt collector, benda-benda kita disita, dimasukkan ke daftar hitam, bahkan sampai kerabat atau kenalan kita juga diteror, kan nambah menyusahkan orang. --KRAISWANÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H