Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dari Tali Rafia sampai Air Mineral, Begini Peretasan Hidup di Rumahku

12 Juli 2021   16:46 Diperbarui: 12 Juli 2021   17:05 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peretasan hidup di rumahku | foto: KRAISWAN

Hari gini akses akan perangkat digital adalah keniscayaan. Apalagi profesi guru. Penggunaan HP misalnya, harus memakai tripod, sejeleknya sandaran HP. (Emang mantan aja yang butuh bersandar, wkwk)

Air mineral gelas sebagai sandaran HP | foto: KRAISWAN
Air mineral gelas sebagai sandaran HP | foto: KRAISWAN

Saking hematnya, aku enggan membeli penopang HP. Padahal, temanku beli online ada yang harga 5 ribu (lebih murah dari seblak). Aku bergeming. Gantinya, aku (dan istri) memakai air gelas mineral sebagai sandaran. Hemat kan? Gini nih, hidup orang susah.

Plastik bekas kemasan beras, alas gepuk garam blok

Ada yang bilang dangdut tak goyang, bagai sayur tanpa garam kurang enak kurang segar.... Masih ingat pedangdut goyang ngebor? Saking memukaunya, disemprit sama raja dangdut pendiri partai idaman. Tenang, aku tak akan membahas dangdut.

Semua masakan pasti butuh garam. Istriku terbiasa dengan garam halus. Aku, garam blok. Meski sama-sama asinnya, aku yakin garam blok lebih asin asinnya (??). Aku ngeyel, istri ngomel. "Ribet tau, harus digepuk, lama, trus tidak semua halus", keluhnya.

Plastik bekas untuk alas menghaluskan garam blok | foto: KRAISWAN
Plastik bekas untuk alas menghaluskan garam blok | foto: KRAISWAN

Aku pun turun tangan. Dengan kekuatan bintang.... Hasyah! Dengan plastik bekas kemasan beras, aku pakai sebagai wadah untuk menggempur si garam blok sampai halus. Canggih. Eh, sesekali ada yang masih bongkahan sih.

Lakban penyambung umur carger

Yang terakhir ini paling darurat. Kalau tak diakali, mana bisa aku menulis artikel di Kompasiana. Laptopku saat ini adalah laptop kedua dalam hidupku. Pun, hasil tebusan teman di pegadaian. Sejak 2014, jadi sudah tujuh tahun.

Carger, penyambung nyawa si laptop, terkelupas di salah satu sisi. Mungkin karena sering dilipat, ditindih, diinjak dan ditekan. Sampai 'urat' kabelnya kelihatan. Ngeri!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun