Di kelas 2, barbershop menengah. Modelnya juga bermacam-macam, meski tak sebanyak yang kelas 3. Bedanya, di kelas ini ada layanan keramas dan pijat.Â
Tarifnya Rp. 20.000. Sedangkan di kelas 1, seperti Barbershop 2 itu lebih premium. Para barberman (sebutan untuk pemangkas) rambutnya dicat bermacam warna. Dari merah sampai pirang. Ruangannya ber-AC. Banyak pilihan paket. Interior sampai eksterior, mewah! Pokoknya beda. Tarifnya paling murah Rp. 25.000.
Disebabkan oleh keadaan, aku terpaksa pangkas rambut di Barbershop kelas 1. Berikut hal-hal menyakitkan di tempat mantan itu.
Layanan dijual terpisah
Anda belumlah lupa, polah wisatawan muda di Malioboro. Membuat geger di media sosial gegara pecel lele yang dijual terpisah. (Pernah saya ulik di sini) Mirip dengan kisah si wisatawan, layanan di Barbershop 2 dijual terpisah.
Bayangkan. Kalau di barbershop kelas 3 hanya dipangkas, dikerok, lalu pulang itu wajar. Lha ini, barbershop kelas 1 kok layanannya sama dengan kelas 3. Sudah begitu, dipangkasnya hanya sedikit. Rugi dong. Ya gue proteslah! "Macam udah tumbuh seminggu rambutmu", kata istri. Bah!
Ternyata, di tempat ini layanan yang diberikan padaku adalah pangkas biasa, tarifnya Rp. 25.000. sedangkan kalau mau lebih rapi, dibersihkan bulu-bulu halusnya plus pijat, harus yang special cut, tarifnya Rp. 40.000. Gile lu ndro, ini di Salatiga, bukan Jakarta, masa pangkas segitu!
Prokes OKE, tapi fungsi utama tak efektif
Lama tak bertemu "mantan", aku tak tahu perkembangannya. Setelah memarkirkan motor, aku disambut sebuah kertas pesan di atas kursi. "Jangan langsung dibuka. Pintu dalam kondisi terkunci. Ketuk dulu sebelum masuk." Ini mau pangkas apa bertamu...?
"Masnya mau apa?"// Ngajakin kau main catur! Ya pangkas lah! "Pangkas mas."