Agar jelas, "Berarti ini diteruskan ke kecamatan, kalau yang Dispenduk harus antrean online ya, pak?" "Iya mas. Ini sudah penuh hari ini. Kalau daftar antrean besok, baru tersedia hari berikutnya", jelas bapaknya. Ngeyel, aku buka website dimaksud. "Pak, ini sudah saya coba dua kali, kok antrean tidak tersedia?" "Iya mas, kan antrean hari ini sudah penuh." Merasa be*o sejagad.
Baca juga:Â Kamu "Dirempongkan" di Dukcapil Online? Tenang, Ini Tipsnya
Di kantor kecamatan. Tak ada warga lain. Setelah introduksi di meja petugas, "Ini tidak perlu ke sini Mas, soalnya tidak ada tempat untuk kecamatan. Langsung ke Dispenduk, di pojokan sana." Harus antre online, begitu jawab atas tanyaku apakah bisa langsung atau bagaimana.
Fiks. Harus antre online, besok baru bisa mendaftar. Merasa telah menyelesaikan misi, aku melapor istri. Siap meluncur pulang, makan, lalu tidur.Â
Tapi... Telepon berdering. "Jangan langsung pulang, tanyakan dulu ke Dispenduk siapa tahu bisa." Meski ada benarnya, tapi suara boru Batak di tengah hari itu memerahkan telinga. Gerah, di tepian motor-mobil memacu gas menyisakan debu.
Benar juga, lebih baik dicoba tanya ke kantor Dipenduk, pun lokasinya tepat di samping kantor kecamatan, daripada besok baru daftar antrean, terus esoknya ke Semarang lagi. Repot.
Kapan lalu, setelah beberapa kali kayak setrika ke kantor Dukcapil Ungaran, karena tidak antre, nomor antrean online-ku tidak dicek.Â
Lancar jaya aku melenggang dari pintu masuk ke ruang petugasnya. Itulah dasar istriku memberi dorongan. "Pura-pura bego aja nanti. Saya tak tahu pak, dari Salatiga soalnya, gitu." Sumpe, kudu pura-pura bego, gitu? Demi keselamatan berkendara, mari kita coba.
Tak lebih dari 3 km aku putar balik. Antrean memadati halaman kantor Dispenduk Tembalang, kombinasi antara manusia dan tunggangan roda dua. Seperti biasa, parkingman adalah informan terjitu dan terjangkau.Â
"Mas, masih bisa (dilayani)?", sapaku sambil mesin motor tetap menyala. Masih bisa katanya. "Tanpa antrean online? Bisa manual?" Bisa, tegasnya. Wow! Aku sebal mengakui, tapi istriku benar.
Sistem memang tak bisa dikibuli, tapi manusia bisa dilobi