Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pak Jokowi, Belajar Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar, Yuk!

8 Maret 2021   23:16 Diperbarui: 9 Maret 2021   07:26 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi dalam rapat kerja nasional Kementerian Perdagangan tahun 2021 di Istana Negara | sumber: Kompas TV

Untuk itu, saya mengajak Pak Jokowi untuk belajar Bahasa Indonesia yang baik dan benar, karena,

Ini era global, persaingan tanpa batas

Mendag Lutfi mengutip tulisan yang dirilis sebuah lembaga internasional yang mengungkapkan hancurnya UMKM Indonesia di bidang fesyen muslim, yaitu penjual kerudung/hijab. Bisnis ini sempat berjaya pada 2016-2018 dengan mempekerjakan 3.400 karyawan dengan total gaji yang dibayarkan mencapai US$ 650.000/tahun.

Tahun 2018 ada perusahaan asing yang menyadap seluruh informasi UMKM tersebut, lalu membuat produk serupa di Cina lalu dipasarkan di Indonesia. Hijab yang dijual perusahaan itu hanya Rp 1.900/satuan. Ini jelas mematikan UMKM Indonesia, karena harga jualnya bahkan lebih rendah dari hijab produksi dalam negeri.

Penulis iseng melakukan survei sederhana di e-commerce populer, berapa harga hijab yang dimaksud Mendag Lutfi. Dan benar, memang ada yang harganya Rp 1.900 persis seperti disampaikannya.

Kisaran harga hijab di e-commerce | sumber: tangkapan layar, dokumentasi pribadi
Kisaran harga hijab di e-commerce | sumber: tangkapan layar, dokumentasi pribadi

Menariknya, hijab lain yang harganya 26x lebih mahal pun ada pembelinya, tidak kalah dengan yang harga murah. Ada harga ada barang, ada tipe banyak merek. Terserah pembeli mau barang yang seperti apa, menyesuaikan kantong.

Meski begitu, menurut Lutfi Indonesia tidak memiliki sejarah melakukan proteksionisme dan tetap terbuka dengan perdagangan global. Buktinya, saat ini pemerintah meneken 25 perjanjian dagang internasional. (kompas.com)

Nah, di sini ambiguitasnya. Punya 25 perjanjian dengan luar negeri, tapi mengampanyekan benci produk luar negeri, lha maunya piye, pak presiden?

Tidak semua bertelinga baik

Tidak ada suara yang sumbang (fales), yang ada telinganya bermasalah, kata pepatah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun