Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pak Jokowi, Belajar Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar, Yuk!

8 Maret 2021   23:16 Diperbarui: 9 Maret 2021   07:26 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi dalam rapat kerja nasional Kementerian Perdagangan tahun 2021 di Istana Negara | sumber: Kompas TV

Jokowi (Kompas TV 04/03/2021): "Cinta barang kita, benci produk dari luar negeri"

Terbukti! Presiden Jokowi membuat ujaran kebencian. Sungguh disayangkan. Hal ini bisa berbahaya bagi kepercayaan publik, keamanan negara, bahkan relasi baik dengan dunia internasional.

Teringat sloglan, "Mulutmu harimaumu". Mulut selain alat penyampai pesan langsung, bisa jadi ancaman bak harimau menerkam mangsa. Demikian juga pernyataan Jokowi di atas menjadi ancaman bagi pihak tertentu.

Alasan Pernyataan Jokowi

Pernyataan itu disampaikan dalam arahan khusus untuk Kemendag agar memaksimalkan produk-produk dalam negeri, dengan lebih dari 270 juta penduduk potensial menjadi konsumen loyal pada produk-produk Indonesia.

Alasan Jokowi mengkampanyekan "membenci" produk luar negeri karena didorong cerita Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi sesaat sebelum Rapat Kerja Kementrian Perdagangan (Kemendag) Kamis 4/3/2021. (kompas.com)

UMKM di Indonesia terdampak produk impor melalui perdagangan digital. Timbul praktik predatory pricing melalui platform e-commerce global. Yakni strategi penjualan dengan mematok harga sangat rendah yang memikat pembeli. Tujuannya menyingkirkan pesaing pasar dan menghalangi pelaku usaha lain masuk ke pasar yang sama. Praktik ini, lanjut Lutfi, sengaja dibuat untuk membunuh kompetisi. Mustahil timbul keadilan atau kesetaraan dalam perdagangan.

Respons Jokowi didasari rasa tidak puas, geram, dan jengkel dengan fakta yang terjadi. Presiden tidak terima, lalu marah adalah hal wajar. Tapi mengampanyekan "benci" pada produk luar negeri...?

Harusnya Jokowi belajar dari kasus pidato Ahok di pulau Seribu misalnya. Omongan seseorang bisa dikutip (sebagian atau seluruhnya), dipotong, ditambah atau direkayasa sedemikian hingga lalu disebarluaskan untuk maksud dan tujuan tertentu, yang bisa bertolakbelakang dengan maksud sang penutur.

Untuk itu, saya mengajak Pak Jokowi untuk belajar Bahasa Indonesia yang baik dan benar, karena,

Ini era global, persaingan tanpa batas

Mendag Lutfi mengutip tulisan yang dirilis sebuah lembaga internasional yang mengungkapkan hancurnya UMKM Indonesia di bidang fesyen muslim, yaitu penjual kerudung/hijab. Bisnis ini sempat berjaya pada 2016-2018 dengan mempekerjakan 3.400 karyawan dengan total gaji yang dibayarkan mencapai US$ 650.000/tahun.

Tahun 2018 ada perusahaan asing yang menyadap seluruh informasi UMKM tersebut, lalu membuat produk serupa di Cina lalu dipasarkan di Indonesia. Hijab yang dijual perusahaan itu hanya Rp 1.900/satuan. Ini jelas mematikan UMKM Indonesia, karena harga jualnya bahkan lebih rendah dari hijab produksi dalam negeri.

Penulis iseng melakukan survei sederhana di e-commerce populer, berapa harga hijab yang dimaksud Mendag Lutfi. Dan benar, memang ada yang harganya Rp 1.900 persis seperti disampaikannya.

Kisaran harga hijab di e-commerce | sumber: tangkapan layar, dokumentasi pribadi
Kisaran harga hijab di e-commerce | sumber: tangkapan layar, dokumentasi pribadi

Menariknya, hijab lain yang harganya 26x lebih mahal pun ada pembelinya, tidak kalah dengan yang harga murah. Ada harga ada barang, ada tipe banyak merek. Terserah pembeli mau barang yang seperti apa, menyesuaikan kantong.

Meski begitu, menurut Lutfi Indonesia tidak memiliki sejarah melakukan proteksionisme dan tetap terbuka dengan perdagangan global. Buktinya, saat ini pemerintah meneken 25 perjanjian dagang internasional. (kompas.com)

Nah, di sini ambiguitasnya. Punya 25 perjanjian dengan luar negeri, tapi mengampanyekan benci produk luar negeri, lha maunya piye, pak presiden?

Tidak semua bertelinga baik

Tidak ada suara yang sumbang (fales), yang ada telinganya bermasalah, kata pepatah.

Senada dengan itu, tidak semua orang punya telinga yang baik. Diajak bicara perlahan dan lembut saja bisa salah paham. Apalagi mendengar kata "benci".

Bagi pelaku UMKM, kalimat "Cintai produk dalam negeri" bak tetes embun di padang gurun tengah hari. Menyejukkan. Apalagi di masa paceklik akibat pandemi Covid-19 yang membuat banyak UMKM loyo. Presiden adalah sahabat UMKM!

Buat yang punya telinga penuh "kotoran", omongan Jokowi di atas adalah gangguan sekaligus kesempatan. Gangguan bahwa jika sampai manusia Indonesia beneran membenci produk luar negeri, habis sudah remah-remah jatah mereka. Tapi juga kesempatan untuk melawan dan menjatuhkan sang presiden.

Ada yang diuntungkan dengan produk luar negeri

Jokowi tentu paham karakter masyarakat Indonesia. Dari emak-emak sampai milenial, kalau beli barang, yang pertama adalah murah plus diskon. Perkara produk dalam atau luar negeri, itu soal belakang. Pokoknya murah titik.

Jangankan masyarakat awam (yang demen harga murah), lha wong jajaran pembuat kebijakan saja demen melakukan impor, karena mendapat untung karenanya. Mau gimana?

Memang lucu negeri ini. Sebagai negara agraris, mengimpor beras dari negara yang lebih kecil seperti Vietnam dan Thailand. Belum cukup, menjadi negara maritim, mengimpor garam. Voila! Bukan karena di Indonesia tak ada barang tersebut, tapi karena ada pihak yang mendapat untung darinya!

Suatu ide

Jika masih sulit menanamkan kecintaan pada produk dalam negeri, tak usahlah mengajak membenci produk bangsa lain. Yang perlu dipikirkan, bagaimana supaya produk kita bisa lebih murah, tapi kualitasnya tak kalah. Untuk menekan laju impor, naikkan bea cukainya.

Masih sulit? Ganti saja menterinya yang tak doyan banyak impor. Masih susah juga? Kalau begitu, mari belajar Bahasa Indonesia yang baik dan benar, pak presiden. Agar tidak terjadi hal tak diinginkan di antara kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun