Beda lagi maknanya dengan Gundul-gundul Pacul. Meski nadanya ceria dan liriknya lucu, lagu ini berisi sindiran keras. Wakil rakyat yang diberi kepercayaan (bakul di kepala, simbol kesejahteraan rakyat), justru kehilangan kehormatan karena membawa amanah dengan sombong (gembelengan).
Segane dadi sak latar: kepemimpinannya tidak memberi manfaat apapun bagi masyarakat karena nasinya tumpah kemana-mana. (goodnewsfromindonesia.id)
Bertobatlah kalian para koruptor! Jangan gembelengan terus!
Lir-ilir: Bangkitlah, jangan malas!
Dari delapan kecerdasan majemuk, menyanyi bukanlah keunggulanku. Di bidang lain? Sama!
Lalu bagaimana mau mengajar murid menyanyi? Ingat lagu Lir-ilir. Jangan malas!
"Mister juga tidak mahir bernyanyi, suaranya ala kadarnya. Tapi kita belajar bersama-sama, ya.
"Bersama", kata kuncinya. Semoga ada satu-dua yang menangkap. "Guruku juga tidak bagus-bagus amat suaranya tapi mau mencoba. Aku juga harus berani!" Oh indahnya...
Kondisi pandemi memaksa manusia berinovasi mengembangkan bermacam aplikasi, yang lalu bermanfaat bagi banyak pengguna.
Dalam pendidikan, harusnya lebih memanjakan guru dalam memanfaatkan video, audio, dan gambar untuk menyokong pembelajaran. Dalam kasusku, teknologi tadi sepaket dengan kendala jaringan internet.