Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Makna di Balik Lagu "Dolanan", dari Dorongan sampai Sindiran

28 Januari 2021   16:10 Diperbarui: 1 Februari 2021   09:49 1207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | sumber: Thinkstock via Kompas.com

"Gundhul gundhul pacul cul, gembelengan | Nyunggi nyunggi wakul kul, gembelengan | Wakul ngglimpang segane dadi sak latar | Wakul ngglimpang segane dadi sak latar" Terngiang guruku TK, Bu Ngatinah, mengajarkan lagu dolanan.

Lagu itu masih kuingat, begitu mengena, meski waktu itu tidak tahu artinya. Hanya tahu lagu dolanan, itu saja. Mungkin karena masih kanak-kanak, dirasa belum perlu diberitahu artinya.

***

Memasuki semester II Tahun Pelajaran 2020/2021, salah satu materi muatan pelajaran SBdP (Seni Budaya dan Prakarya) dalam Tematik ialah tangga nada pentatonis (pentatonic).

Menurut silabus kurikulum 2013, salah satu kompetensi dasar yang diharapkan dari siswa yakni, KD 4.2 Menyanyikan lagu-lagu dalam berbagai tangga nada dengan iringan musik.

Selama PJJ, kegiatan pembelajaran difokuskan pada subjek inti seperti bahasa, sains, dan matematika. Akibatnya mupel SBdP sangat terbatas porsinya. Maka, guru harus putar otak mengatur jadwal dan konsep pembelajaran.

Penta: lima, tone (tonis): nada. Pentatonis berarti tangga nada yang terdiri lima nada. Tangga nada pentatonis dibagi dua, pentatonis pelog (berkarakter syahdu, hormat dan penuh khidmat) dan slendro (berkarakter dinamis, semangat, dan riang-gembira). Biasanya digunakan pada alat musik tradisional misalnya karawitan Jawa dan Sunda.

Dua contoh lagunya (karena kami tinggal di Jawa, aku mengajarkan lagu berasal dari Jawa juga. Contoh lagu lainnya hanya diinformasikan judul dan asal daerah) adalah Lir-ilir--pentatonis slendro dan Gundul-gundul Pacul--pentatonis pelog.

Aku tahu lagu itu, pernah diajari waktu TK tapi sampai saat mengajarkan pada murid, aku tak tahu artinya.

Lha terus piye? Ya, belajar lagi!

Tangkapan layar: Youtube/Solite Kids
Tangkapan layar: Youtube/Solite Kids

Dalam tempo sesingkat-singkatnya, dengan metode sesederhana mungkin aku harus mengajarkan teori sekaligus praktik. Yang mau dibenamkan dalam pikiran yakni makna lagu, yang dinilai keterampilan menyanyi. Nah loh, memangnya emak-emak saja yang kudu multas (multitasking)?

Tak Hanya Hiburan, Lagu Dolanan Punya Makna Mendalam

Seberapa perlu menjelaskan makna lagu pada murid? Sangat perlu. Untuk apa mengajarkan sesuatu jika mereka tak tahu artinya. Aku pun enggan belajar jika begitu.

Mulanya, aku menganggap lagu ini hanya lagu dolanan (mainan). Nadanya ceria dan diperuntukkan anak-anak. Siapa sangka, tersimpan makna mendalam di dalamnya. Setelahnya, aku tidak menyesal 'membuang waktu' mengajarkan lagu ini. Terima kasih Google!

Mengapa harus diajarkan pada anak-anak? Karena di usia anak-anak paling tepat untuk menanamkan nilai.

Berikut ini lirik lagu Lir-Ilir dan Gundul-gundul Pacul beserta maknanya.

Tayangan powerpoint/KRIS WANTORO
Tayangan powerpoint/KRIS WANTORO

Mengutip Tirto.id, lagu ini diciptakan oleh Raden Syahid (Sunan Kalijaga) pada masa penyebaran Agama Islam di Jawa.

Tembang ini hendak memberitahu orang-orang supaya bangkit atau sadar akan adanya Allah. Kita harus terus menjadi pribadi yang baik, yang membuat orang lain bahagia akan keberadaan kita.

Lir-ilir juga mempunyai makna bangkitlah (Ahmad Mukhlasin, Pendidikan Karakter Pemimpin melalui Tembang Dolanan).

Lagu ini juga menasihatkan, sebagai umat manusia kita harus sadar, bangun dari keterpurukan, dari sifat malas dan menguatkan keyakinan (iman) kepada Tuhan. (merahputih.com)

Tayangan powerpoint/KRIS WANTORO
Tayangan powerpoint/KRIS WANTORO

Beda lagi maknanya dengan Gundul-gundul Pacul. Meski nadanya ceria dan liriknya lucu, lagu ini berisi sindiran keras. Wakil rakyat yang diberi kepercayaan (bakul di kepala, simbol kesejahteraan rakyat), justru kehilangan kehormatan karena membawa amanah dengan sombong (gembelengan).

Segane dadi sak latar: kepemimpinannya tidak memberi manfaat apapun bagi masyarakat karena nasinya tumpah kemana-mana. (goodnewsfromindonesia.id)

Bertobatlah kalian para koruptor! Jangan gembelengan terus!

Lir-ilir: Bangkitlah, jangan malas!

Dari delapan kecerdasan majemuk, menyanyi bukanlah keunggulanku. Di bidang lain? Sama!

Lalu bagaimana mau mengajar murid menyanyi? Ingat lagu Lir-ilir. Jangan malas!

"Mister juga tidak mahir bernyanyi, suaranya ala kadarnya. Tapi kita belajar bersama-sama, ya.

"Bersama", kata kuncinya. Semoga ada satu-dua yang menangkap. "Guruku juga tidak bagus-bagus amat suaranya tapi mau mencoba. Aku juga harus berani!" Oh indahnya...

Kondisi pandemi memaksa manusia berinovasi mengembangkan bermacam aplikasi, yang lalu bermanfaat bagi banyak pengguna.

Dalam pendidikan, harusnya lebih memanjakan guru dalam memanfaatkan video, audio, dan gambar untuk menyokong pembelajaran. Dalam kasusku, teknologi tadi sepaket dengan kendala jaringan internet.

Susahnya langganan Google Meet, mau membagikan audio di laptop, suaranya tidak keluar. Mau streaming Youtube, nge-lag. Mau input audio antarperangkat (laptop-HP), feedback. Lengkap sudah! Menyerah? Tidak kali ini. Bukan di sini. Bangkitlah!

Aku membagikan tautan Youtube ke grup WA siswa, sekaligus audio yang bisa diunduh untuk didengarkan berulang. Keesokan harinya, waktu ditanya apakah sudah mendengarkan lagunya? Belum. Syabarrr...

Mengingat tiap pertemuan 2x30 menit dikali dua hari/minggu, sedangkan satu tema harus diselesaikan dalam tiga minggu di mana pertemuan keenam adalah tes bulanan, maka satu-satunya jalan paling waras adalah... Menyanyi di depan murid.

Fales, tanpa iringan. Malu juga sebenarnya. Tapi itulah jalan ninjaku, bakul di atas kepalaku. Aku takkan memerintahkan sesuatu yang aku sendiri tak bisa atau tak mau lakukan. Bukannya Guru iku digugu lan ditiru?

Salatiga, 28 Januari 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun