Belum lagi jika anaknya tiga, gawainya harus bergantian, atau menunggu orang tua pulang kerja. Kalau pun diberi gawai pribadi, pendampingnya adalah kakek-nenek yang (maaf) jangan ditanya kemampuannya mengakses teknologi.
Begitulah pengalaman kami. Rasa cemas, kalut, khawatir, dan keluhan netral seketika saat melihat anak-anak. Muka bangun tidur, rambut gondrong, atau menguap melawan kantuk. Senang bisa kembali terhubung dengan mereka.
Sekedar mengajari mereka cara mengaktif-nonaktifkan mikrofon dan kamera, langkah beralih dari satu kelas ke kelas lain; menghadirkan sebutir kelegaan. Pelajarannya besok bagaimana? Kesusahan sehari cukup untuk sehari.
Salam,