Pernah, saya beli seikat sawi dan menolak diberi plastik. Saya injak begitu saja sawi itu di motor matic, hehe.
Saya beli kentang di pelapak A. Tak jauh dari situ, beli wortel di lapak B. "Bu, langsung masukkan sini saja", memohon. Malah saya kena omel... "Halah, ini saja!" Kali sebelumnya, saya beli daun bawang hanya segelintir batang. Saya menolak diberi plastik karena cuma sedikit. Malah ibunya bingung.
Entah ilmu ekonomi mereka cetek, atau baiknya kebangetan. Teman saya, emak-emak, senasib. Dia diomel tukang sayur keliling karena menolak diberi plastik. Tahu kan bedanya, yang sadar go green dengan yang banyakan micin...
Ada tiga tips untuk menekan penggunaan plastik versi saya.
Tas kain. Sebelum pandemi, saya pasti bawa bekal ke kantor. Satu kotak nasi+lauk, sebungkus sayur; masuk dalam tas kain. Pulangnya, tas itu telah ringan. Biasa saya mampir belanja. Saya bawa tas itu mblusuk pasar. Kalau belanjaan sedikit, saya masukkan ke dalam tas itu. Bandingkan dengan teman-teman saya yang lima kali seminggu beli makan siang dibungkus plastik. Tapi ya mau bagaimana...
Satu pengalaman saat beli kopi. "Pak, kopi seperempat." Kopi diambil dari etalase, siap ditukarkan dengan uang saya. Saat si penjual hendak memasukkan ke dalam kresek hitam, saya menolak. Malah diketawain. "Nanti kalau njeblos lho, mas" Kopinya masih hangat. Segar dari oven. Biarin, pak. Njeblos juga saya yang kaget, hihi.
Totebag belanja. Selain buat gaya, totebag bisa bermanfaat untuk menaruh belanjaan. Keren. Modis. Entah dari bahan kaos, atau kain setebal goni, bahkan bekas karung beras. Gaya boleh, "pergi hijau" juga bisa dong.
Kresek besar. Ibu saya, meski bukan lulusan kampus, sedikit modern. Dia membeli keranjang anyaman pandan untuk tempat belanjaan. Namun karena kini belanjanya sekalian berangkat kerja, repot kalau menenteng keranjang.
Sebagai gantinya, dia siapkan kantong plastik besar yang dikumpulkan dari belanja sebelumnya. Tapi itu belum mengurangi "hadiah" dari penjual. Hanya supaya bahan stok seminggu itu bisa ditampung dalam satu tempat. Satu hal, ibu saya memakai ulang plastiknya.
Tidak mempan? Ini jadi PR besar buat semua. Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian Kementerian Pertanian, Bogor menemukan inovasi kantong plastik yang mudah terurai dari limbah pertanian. Tapi harganya tiga kali dari plastik konvensional. (metrotvnews.com) Nah loh...