Seorang pemilik kafe di belakang kampus mengeluh wastafelnya mampet. Ketika dibongkar, rupanya pipa yang menjadi saluran pembuangan tersumbat semacam lilin, diduga dari air bekas merebus mi (menu andalan kafe). Bayangkan jika itu terjadi di usus...
Dilansir dari viva.co.id, dr. Tee E Siong, President of the Nutrition Society of Malaysia mengungkapkan anggapan mi instan berbahaya tidak sepenuhnya benar. Makanan kuning ini limpah karbohidrat dan lemak, namun minim protein, serat, mineral dan vitamin. Hitung saja kadar karbohidrat dan lemak yang Anda timbun seiring rutinnya mengonsumsi mi.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan The Washington Post (2014) menyebutkan mi instan beresiko menimbulkan gangguan metabolisme (diabetes, tekanan darah tinggi, dan masalah jantung) karena tinggi sodium, lemak jenuh tidak sehat dan tinggi glikemiks. Konsumsi berlebihan juga bisa memicu obesitas. (medium.com)
Bukan berarti jika makan mi instan tidak sehat, kecuali Anda mengonsumsi lima kali sehari.
Demikian mitos yang mengiringi nikmatnya indomi rebus. Barangkali pembaca punya pengalaman tersendiri, sila berbagi.
Salam,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H