Namanya juga iklan. Irisan bawang dan sayur kering adalah realitas topping yang bisa ditemukan. Perpaduan micin, penyedap, penguat rasa dan bubuk cabe ampuh menghipnotis penikmatnya seolah-olah mereka makan soto atau rendang. Sudah begitu, karena penasaran saya pernah beli dan masak. Habis pula, hehe.
Bikin Gemuk
Pernah dulu saat momen lebaran waktu masih SD, saya membeli mi instan, satu dus! Tak sampai sebulan, ludes. Dari kami berempat, hanya saya, adik, dan ibu yang pelahap. Satu dus isi 40, dibagi tiga, anggaplah satu orang makan 14 bungkus dalam kurun kurang dari sebulan.
Hasilnya? Saya tetap kurus. Tak benar kalau makan indomi bikin gemuk. Jadi aman buat Anda yang takut gemuk.
Perihal ada teman saya yang hari ini makan indomi, besoknya bobot badannya bertambah dua kilo, adalah soal lain. Bagaimana tidak naik, orang dia makan indomi nambah. Tak diungkap ke publik apakah di rumah dia makan tiga kali atau lebih. Belum cemilannya.
Masakan Burjo Lebih Enak dari Bikinan Sendiri
Terkait masakan aa atau teteh di burjo lebih enak, sudah dikupas rekan kompasianer yang lain. Menurutnya, itu hanya preferensi pribadi yang kemudian menjadi sugesti kelompok.
Bagi orang lapar, mi instan mentah yang dikremes ditumpahi bumbu lalu dikocok pun enak. Hayo ngaku, Anda pernah begitu tidak?
Konon, yang di warung burjo lebih enak karena ada tiga trik cara memasak, padahal bahan-bahan yang dimasak sama. Salah satu rahasianya adalah komposisi air untuk merebus mi. Kian kental, makin nikmat. Nah, yang masak terus diganti air panas, tidak enak dong...
Atau dari urut-urutan mencampur bumbu. Katanya bumbunya tidak boleh dicampur waktu mi dimasak. Dituang dalam mangkok dulu, baru dituang mi dan airnya, baru diaduk. Bagi saya, mi ya tetap mi. Bedanya hanya tiga: mi rebus, mi goreng, mi nyemek. Tak kurang, tidak lebih.
Tidak sehat