Mohon tunggu...
Wawan Setiawan
Wawan Setiawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Suka menulis bukan penulis

Baca dan tulis lalu aksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ada Cinta dalam Corona

12 Mei 2020   14:41 Diperbarui: 12 Mei 2020   15:04 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

CORONA MEMBAWA PETAKA

Dengan langkah jumawa, virus Corona (COVID-19) melenggang ke atas mimbar,"Aku adalah sebuah virus. Wujudku tidak bisa dilihat oleh mata telanjang. Kalian boleh memanggilku Covid-19 atau tetap Corona saja. Suka-suka kalian, terserah! Ingat, teman-temanku yang lain sudah tinggal di beberapa negeri di planet biru ini (bumi). 

Jadi, biarkanlah aku juga menetap di sini (Indonesia). Mereka termasuk aku, senang sekali dengan populasi penduduk atau jumlah kalian yang begitu banyak. Kepadatan negeri kalian terutama yang diam terpusat memudahkan aku untuk berkembang biak (menularkan virus) lewat interaksi yang sering kalian lakukan. 

Di pusat-pusat keramaian, kerumunan orang, di situlah aku hadir untuk beranak pinak agar keturunanku bisa lebih banyak lagi (menyebarkan virus). Aku akan menggerayangi lalu menodai tubuh yang sehat menjadi sakit dengan cara yang tidak diduga sebelumnya oleh kalian. Aku akan masuk ke tubuh kalian yang diliputi hati penuh keraguan, kepanikan, kecemasan dan ketakutan. 

Begitulah aku hahaha....."kata virus Corona (COVID-19). "Aku juga bisa masuk diantara kesombongan kalian. Kala kalian lengah dan lemah, kuhancurkan ekonomi kalian! Hahaha..." Sungguh suara tawanya sama sekali tak enak buat didengar.

Kala itu semua orang yang mendengar seperti tersihir karenanya. Di balik hati mereka tersimpan berbagai ragam opini. Ada yang percaya dengan waspada dan berjaga-jaga. 

Ada yang tidak percaya dan menganggap semua itu hanyalah kentut belaka. Mereka tak sadar bahaya telah mengincarnya. Ibarat bom waktu yang siap meledak kapan saja. If this happens, this is a nightmare. Bad dreams come true! 

Perlahan namun pasti, pertukaran waktu mulai bergerak cepat. Cepat sekali seperti arus informasi yang menjadi kendaraan utama digitalisasi dan komputerisasi. 

Di dalamnya terlihat menit bagaikan kilat berlari meninggalkan detik demi detik. Dan Januari terlihat pasrah saat kedudukannya diganti oleh Februari. Konon, di bulan Februari inilah  cerita menakutkan dimulai di bumi nusantara. Bahkan menurut sebagian orang, akhir tahun 2019 yang lalu corona telah hadir di Indonesia dalam upayanya mencari mangsa.

Benar saja, sejak Indonesia mengonfermasi kasus pertamanya, kasus kedua, kasus ketiga dan seterusnya hingga sekarang, bermunculan silih berganti. Virus itu begitu cepat bergerak dan menyeruak tidak pandang bulu. 

Dari balita, remaja, dewasa hingga orang tua. Hingga tulisan ini tayang, 14.000 orang lebih  terjangkiti virus corona yang telah menyebar di 34 provinsi. Indonesia terkejut dan dibuat kalang kabut. 

Kekhawatiran mulai menyelimuti setiap warga melihat banyaknya korban yang berjatuhan. Akibat pandemi corona pemerintah melalui Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu menyatakan kondisi ini sebagai Bencana Nasional. Social Distancing atau Physical Distancing hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan di Republik ini.

Aksi corona lebih gila lagi. Dia melakukan tekanan secara tindih menindih dengan menciptakan gelombang dahsyat membuat napas tubuh manusia dan ekonomi Indonesia megap-megap. Nyaris segala sektor dibuat bersin-bersin, merinding serta panas dingin. Bidang jasa menjadi merana dan sengsara. Bidang pariwasata tidak bergairah lantaran kurang tenaga. Sektor ekonomi kalang kabut dan kebat kebit. Tidak terkecuali kalangan UMKM.

CINTA MELAWAN CORONA 

Di lain waktu dalam kesempatan berbeda, cinta bicara wanti-wanti dengan penuh hati-hati,"Namaku cinta. Aku sama dengan kalian yang merindukan masa lalu. Masa dimana aku bersama kalian bisa saling bebas bercengkerama tanpa adanya corona. Tapi meski demikian, janganlah kalian takut dengan corona atau apapun. Sepanjang aku ada di dalam dada kalian, corona tak mungkin bisa menyakitimu. Semakin banyak yang mencintai aku maka akan semakin cepat pula kalian terbebas dari pengaruh jahatnya corona. Satu pintaku, peliharalah dan biarkan aku hidup bersama kalian."kata cinta lembut penuh keyakinan.

Kembali lagi ke kamera yang menyoroti masalah UMKM. Terlepas dari UMKM itu yang konon katanya merupakan pilarnya perekonomian nasional. Juga salah satu sektor yang paling merasakan dampak dari pandemi corona. Perih, nyeri juga sakit sekali kala terpapar corona. Tapi sepanjang pengamatan, UMKM sepertinya tak menyerah dan tak akan pernah menyerah dalam menghadapi murkanya corona yang membabi buta.

Cinta yang melatarbelakangi para pelaku UMKM sanggup bertahan untuk mempertahankan apa yang seharusnya dipertahankan. Meski untuk itu langkahnya masih harus tertatih-tatih. Cinta pada profesi  telah menjadi tanggung jawabnya. Tanggung jawab pada dirinya sendiri dalam arti berusaha berlaku adil dan jujur pada diri sendiri dengan mengutamakan kemandirian dan tidak membebankan diri pada orang lain. Tanggung jawab pada kelangsungan hidup keluarganya artinya berupaya sekuat tenaga demi keluarga walau pandemi corona datang menerjang. Tanggung jawab pada orang lain artinya bersikap peduli, tenggang rasa dan memiliki rasa simpati serta empati bahwa apa yang mereka rasakan sama dengan apa yang dia rasakan. Tanggung jawab pada bangsa dalam arti bersama-sama dengan pemerintah memerangi dan mengusir corona.

Lalu?

Di sisa tenaga akibat pembatasan ekonomi (diam di rumah), UMKM masih mampu mengukur seberapa dalamnya kemampuan tersisa yang dimiliki tadi untuk bisa bertahan terhadap serangan virus Covid-19. Selanjutnya UMKM bersama cinta mulai mengekor pergerakan makhluk tak kasat mata itu agar tahu titik kelemahannya. Bersama cinta pula, UMKM bisa menemukan setitik cahaya terang untuk menancapkan sebuah solusi. Sebuah solusi yang mengakar.

Blaaam! Dari formula mengukur, mengekor dan mengakar terciptalah salah satu andalannya, Masker Bordir. Lewat produk ini (masker bordir), UMKM berupaya cerdas berprilaku di tengah ketidakpastian. Ada sebuah pepatah yang amat bijak mengatakan,"Baca ayat hidup ini meski dunia dilanda kekacauan lalu tulislah dengan cinta yang ikhlas. Biarkan cinta mengalir dan tunggulah. Kamu pasti akan menemukan kelembutan yang damai dan kedamaian yang lembut."

Lagi-lagi cinta memiliki andil cukup besar dalam menghadapi pandemi ini yang entah sampai kapan akan berakhir. Di sinilah letak kesabaran  bakal teruji. Bila kenyataannya kita bersikap pasrah dan menyerah apalagi mengedepankan amarah, itu artinya bersiap untuk kalah. Sebaliknya bila ukhuwah antara pemerintah dengan rakyatnya selalu istiqomah berlandaskan ibadah dalam mengatasi masalah, Insya Alloh corona akan gerah. Corona tidak akan mau berlama-lama lagi tinggal di bumi pertiwi.

Kerjasama yang baik akan mewujudkan hasil yang baik pula. Pemerintah yang mencintai rakyatnya akan berbalas pemerintah yang dicintai rakyatnya. UMKM sebagai salah simbol rakyat akan menunjukan bukti dan bakti kepatuhannya atas semua yang dianjurkan pemerintah. Lewat cinta pada profesinya UMKM masih mampu menelurkan produk-produknya meski harus berjibaku dengan virus yang mematikan. Hal ini dilakukan tiada lain didasari oleh kebutuhan juga untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.

Lalu?

Kalau pemerintah menerapkan agar setiap warganya untuk tetap tinggal di rumah dengan tujuan memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19, sebaliknya UMKM bersama cinta berkewajiban menyambung mata rantai ekonomi yang hampir putus dengan menautkannya kembali lebih kuat lagi. Suara gemuruh mesin produksi harus tetap menjadi sebuah ritual. Dibutuhkan dukungan pemerintah agar mampu menaikkan volume suara mesin produksi lebih keras lagi. UMKM sendiri menyambut baik kebijakan-kebijakan dari pemerintah (Fiscal Policy) dengan maksud memberikan kelonggaran untuk bernapas.

Namun ada satu hal yang dikhawatirkan cinta yaitu budaya bangga akan produk, label, merk dari mancanegara. Saatnya untuk menumbuhkembangkan lagi "Cinta Produk Dalam Negeri". Dengan mencintai produk dalam negeri berarti menghargai karya dan cipta bangsanya sendiri. Menghargai karya dan cipta bangsa sendiri berarti volume usaha dalam negeri jadi meningkat. Volume usaha dalam negeri meningkat berarti rupiah akan menguat. Rupiah menguat berarti pendapatan nasional bisa bertambah. Pendapatan nasional bertambah berarti pertumbuhan ekonomi nasional semakin membaik. Ekonomi nasional membaik berarti makroprudensial bisa aman terjaga. Makroprudensial aman terjaga berarti penetrasi yang dilakukan bisa menghasilkan orgasme (kepuasan, kesejahteraan).

Cinta, UMKM dan Pemerintah merupakan satu kesatuan yang utuh tidak bisa dipisahkan. Cinta menjadi obat dan semangat bagi pemerintah untuk tetap eksis walau dalam kondisi kritis serta krisis. Cinta bisa menjadi lem dan suplemen bagi UMKM untuk merekatkan dan melengkapi ekonomi bangsa agar lebih mencintai proses daripada protes.

Meskipun corona telah menutup rapat langkah kita, tetap saja ada ruang untuk meraih peluang. Peluang untuk mendapatan kesempatan dalam kesempitan ekonomi. Corona mengajarkan kita banyak hal. Mengajarkan hidup sehat, hidup hemat juga hidup cepat dan tepat.  Dan tidak kalah penting, corona mengajarkan pada kita betapa indahnya hidup bersama cinta.  Karena cinta kita semua bisa hidup. Begitu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun