Mohon tunggu...
Wawan Setiawan
Wawan Setiawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Suka menulis bukan penulis

Baca dan tulis lalu aksi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ada Cinta dalam Corona

12 Mei 2020   14:41 Diperbarui: 12 Mei 2020   15:04 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kekhawatiran mulai menyelimuti setiap warga melihat banyaknya korban yang berjatuhan. Akibat pandemi corona pemerintah melalui Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu menyatakan kondisi ini sebagai Bencana Nasional. Social Distancing atau Physical Distancing hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan di Republik ini.

Aksi corona lebih gila lagi. Dia melakukan tekanan secara tindih menindih dengan menciptakan gelombang dahsyat membuat napas tubuh manusia dan ekonomi Indonesia megap-megap. Nyaris segala sektor dibuat bersin-bersin, merinding serta panas dingin. Bidang jasa menjadi merana dan sengsara. Bidang pariwasata tidak bergairah lantaran kurang tenaga. Sektor ekonomi kalang kabut dan kebat kebit. Tidak terkecuali kalangan UMKM.

CINTA MELAWAN CORONA 

Di lain waktu dalam kesempatan berbeda, cinta bicara wanti-wanti dengan penuh hati-hati,"Namaku cinta. Aku sama dengan kalian yang merindukan masa lalu. Masa dimana aku bersama kalian bisa saling bebas bercengkerama tanpa adanya corona. Tapi meski demikian, janganlah kalian takut dengan corona atau apapun. Sepanjang aku ada di dalam dada kalian, corona tak mungkin bisa menyakitimu. Semakin banyak yang mencintai aku maka akan semakin cepat pula kalian terbebas dari pengaruh jahatnya corona. Satu pintaku, peliharalah dan biarkan aku hidup bersama kalian."kata cinta lembut penuh keyakinan.

Kembali lagi ke kamera yang menyoroti masalah UMKM. Terlepas dari UMKM itu yang konon katanya merupakan pilarnya perekonomian nasional. Juga salah satu sektor yang paling merasakan dampak dari pandemi corona. Perih, nyeri juga sakit sekali kala terpapar corona. Tapi sepanjang pengamatan, UMKM sepertinya tak menyerah dan tak akan pernah menyerah dalam menghadapi murkanya corona yang membabi buta.

Cinta yang melatarbelakangi para pelaku UMKM sanggup bertahan untuk mempertahankan apa yang seharusnya dipertahankan. Meski untuk itu langkahnya masih harus tertatih-tatih. Cinta pada profesi  telah menjadi tanggung jawabnya. Tanggung jawab pada dirinya sendiri dalam arti berusaha berlaku adil dan jujur pada diri sendiri dengan mengutamakan kemandirian dan tidak membebankan diri pada orang lain. Tanggung jawab pada kelangsungan hidup keluarganya artinya berupaya sekuat tenaga demi keluarga walau pandemi corona datang menerjang. Tanggung jawab pada orang lain artinya bersikap peduli, tenggang rasa dan memiliki rasa simpati serta empati bahwa apa yang mereka rasakan sama dengan apa yang dia rasakan. Tanggung jawab pada bangsa dalam arti bersama-sama dengan pemerintah memerangi dan mengusir corona.

Lalu?

Di sisa tenaga akibat pembatasan ekonomi (diam di rumah), UMKM masih mampu mengukur seberapa dalamnya kemampuan tersisa yang dimiliki tadi untuk bisa bertahan terhadap serangan virus Covid-19. Selanjutnya UMKM bersama cinta mulai mengekor pergerakan makhluk tak kasat mata itu agar tahu titik kelemahannya. Bersama cinta pula, UMKM bisa menemukan setitik cahaya terang untuk menancapkan sebuah solusi. Sebuah solusi yang mengakar.

Blaaam! Dari formula mengukur, mengekor dan mengakar terciptalah salah satu andalannya, Masker Bordir. Lewat produk ini (masker bordir), UMKM berupaya cerdas berprilaku di tengah ketidakpastian. Ada sebuah pepatah yang amat bijak mengatakan,"Baca ayat hidup ini meski dunia dilanda kekacauan lalu tulislah dengan cinta yang ikhlas. Biarkan cinta mengalir dan tunggulah. Kamu pasti akan menemukan kelembutan yang damai dan kedamaian yang lembut."

Lagi-lagi cinta memiliki andil cukup besar dalam menghadapi pandemi ini yang entah sampai kapan akan berakhir. Di sinilah letak kesabaran  bakal teruji. Bila kenyataannya kita bersikap pasrah dan menyerah apalagi mengedepankan amarah, itu artinya bersiap untuk kalah. Sebaliknya bila ukhuwah antara pemerintah dengan rakyatnya selalu istiqomah berlandaskan ibadah dalam mengatasi masalah, Insya Alloh corona akan gerah. Corona tidak akan mau berlama-lama lagi tinggal di bumi pertiwi.

Kerjasama yang baik akan mewujudkan hasil yang baik pula. Pemerintah yang mencintai rakyatnya akan berbalas pemerintah yang dicintai rakyatnya. UMKM sebagai salah simbol rakyat akan menunjukan bukti dan bakti kepatuhannya atas semua yang dianjurkan pemerintah. Lewat cinta pada profesinya UMKM masih mampu menelurkan produk-produknya meski harus berjibaku dengan virus yang mematikan. Hal ini dilakukan tiada lain didasari oleh kebutuhan juga untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun