Ketika usaha yang tengah saya jalankan sedang nikmat-nikmatnya, enak-enaknya, apalagi daftar pesanan jelang Ramadhan dan Idul Fitri sudah menanti. Apalah daya, pandemi virus Corona datang. Dia menyebarkan benih-benih penyakit di semua sektor kehidupan. Gejalanya yang demikian cepat mulai dirasakan oleh para pelaku usaha, khususnya yang berkategori Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) seperti saya. Semuanya dibikin ribut dan dibuat kalang kabut. Kurang lebih dua bulan, banyak perusahaan baik skala besar atau kecil melakukan pengurangan tenaga kerja atau PHK. Mungkin perusahaan yang masih mempekerjakan karyawannya adalah dengan alasan kemanusiaan. Namun bagi yang tak cukup bertahan menghadapi kondisi ini terpaksa memilih gulung tikar akibat tiada lagi aktivitas produksi.
Sungguh wabah virus Corona mampu membuat tubuh ekonomi lesu, lunglai, loyo, tak bertenaga. Daya beli masyarakat makin berkurang. Dampaknya, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami keterhambatan. Wajar sekali bila para pengamat ekonomi memprediksi, akibat wabah Covid-19 ini pertumbuhan ekonomi tahun 2020 lebih rendah dibanding tahun sebelumnya.
Lantas apa yang saya lakukan?
Pada awalnya sama seperti yang lainnya, saya gugup tapi tidak gagap melainkan cepat tanggap. Saya tidak mau menyerahkan diri pada kondisi tapi segera berserah diri pada Illahi Rabbi. Sabar, adalah serum pertama untuk menghadapi pandemi Covid-19. Saya menahan diri untuk tidak larut dalam perasaan gelisah, gundah, berkeluh kesah juga amarah yang membuat situasi makin parah. Namun mencoba tabah menghadapi musibah. Berusaha menyandingkan sabar dengan ikhtiar untuk mencari berbagai peluang dengan rencana matang. Saya berpikir positif dan yakinkan diri bahwa semua yang terjadi karena kehendak Illahi. Dengan demikian hati tetap tenang meski Covid-19 datang menyerang.
SADAR
Ketika sabar telah cukup dimiliki, secara otomatis saya menjadi sadar diri. Sadar yang telah dibangunkan oleh Sabar secara tak langsung bersinergi dan mempertebal keyakinan jiwa (IMAN) serta memperkuat daya tahan raga (IMUN). Dalam sadar saya berintrosfeksi untuk mengolah dan mengatur diri sendiri agar sentiasa mawas diri. Sambil mendalami juga memantau perkembangan yang terjadi saya perlahan mulai bangkit lagi. Aktivitas rutin dengan memutar roda produksi harus bisa berjalan. Meski untuk kembali seperti sedia kala perlu waktu yang cukup lama. Iman dan Imun harus bersatu kuat. Saya yakin ekonomi nasional bisa kembali On dan hantu corona akan Off seiring aktifnya lagi kesadaran dari masyarakat.
Menyadari kondisi yang sekarang dialami berada di titik lemah, mustahil bisa bangkit bila hanya nada sumpah serapah yang keluar dari mulut. Apalagi terus memelihara rasa malas. Saya berkewajiban untuk mengubah rasa malas menjadi Kerja Cerdas, artinya pandai mengikuti irama pasar dengan tempo disesuaikan dengan kondisi yang ada. Katanya, dari orang yang pernah berkata, mengatakan bahwa produk yang baik adalah saat diluncurkan ke pasar mendapat sambutan bagus karena produk tersebut bermanfaat juga dibutuhkan. Kerja Jelas, artinya kerja yang bukan sekedar omong belaka, nyata wujudnya, ada untungnya (meski dikiiit), ada manfaatnya. Kerja Ikhlas, artinya kerja yang diniatkan karena Tuhan, mulia dan positif. Kerja Tuntas, artinya kerja yang dimulai dari awal hingga akhir (beres),bukan asal-asalan, serta tak menyisakan masalah. Kerja Puas, artinya kerja yang menyenangkan berbagai pihak, semua merasa diuntungkan baik produsen maupun konsumen (klien).
Teringat kembali sebuah pelajaran yang pernah saya ikuti semasa pelatihan,”Kelak kalau anda sekalian menjadi seorang pengusaha, tiga hal yang harus diperhatikan. Pertama, pilah dan pilih dulu limbahmu sebelum anda buang (dibuang sayang). Kedua, jadikan limbahmu sebagai sesuatu yang bermanfaat (daur ulang). Ketiga, jangan anda kotori bumi ini dengan limbahmu (ramah lingkungan). Bila anda menjaga bumi maka bumi pun akan menjaga anda.” Kira-kira demikian kalimat yang hingga saat ini selalu saya ingat.
Dari sana muncul ide awal untuk membuat masker. Disamping pula harga masker mendadak meroket di pasaran lantaran stocknya yang makin langka. Sedang yang ada tersedia ditimbun oleh oknum yang memanfaatkan keadaan demi keuntungan pribadi. Miris memang, bisa-bisanya mereka menari di atas penderitaan orang lain.
SEDEKAH
Sementara pemerintah sedang gencarnya memerangi pandemi Covid-19 yang semakin luas penyebarannya. Korban berjatuhan tidak terkecuali paramedis, dokter dan perawat yang merupakan garda terdepan. Pemerintah cepat tanggap dengan mulai menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa kota besar yang berkatagori zona merah. Hal ini dilakukan pemerintah tiada lain untuk memutus rantai penyebaran virus Covid-19. Benar-benar seperti sebuah perang. Artinya, menjelang pertengahan tahun 2020 pertempuran antara virus Covid-19 versus Indonesia betul-betul terjadi. Saling balas. It’s a viral.