"Tutup pintunya, silau." Aku memicingkan mata sambil setengah menutupinya dengan tangan kiriku.
Ia menutup pintu lalu bergabung denganku di tengah temaram ini. Aku memperhatikannya duduk di depanku lalu mengeluarkan sebungkus makanan dari kantong plastik hitam yang dibawanya.
"Makan nih, aku bawain makanan. Kamu belum makan kan?"
"Nanti aja ah, males."
"Kamu kapan sih ngga males." Ia mengatakan itu tanpa melihat ke arahku sambil menyalakan rokoknya.
"Dari mana kamu?"
"Dari rumah." Asap mengepul dari bibirnya yang tipis. Bibir yang sangat kukenal. Aku menatapnya dalam. Ia menunduk. Sesaat kemudian ia melirikku dan langsung membuang muka saat tahu aku sedang memandanginya.
Aku bertanya pelan, "Ada apa?"
"Ngga ada apa-apa."
"Ini jam 2 pagi lho, kok kamu bisa keluar rumah jam segini?"
Ia terdiam sejenak, hanya sejenak tapi sudah lebih dari cukup untukku mengetahui bahwa ia berbohong.