Pukul tiga sore di sebuah halte depan kampus aku menunggu seseorang, empat puluh lima menit berlalu, lalu lalang kendaraan berhenti di depan menjemput penumpang. Aku masih menunggu seseorang sebelum matahari terbenam.
Di saku handphoneku bergetar "kamu di mana?" suaranya lirih terdengar
"Aku masih di halte," suaraku pelan sedikit ditahan
Tanpa jawaban selanjutnya telepon langsung ditutup. Aku duduk di samping satu per satu orang yang mulai meninggalkan halte hanya menyisakan aku seorang di halte itu.
Aku mengerti, kuambil sebuah catatan kecil dari dalam tasku, catatan bersampul putih tak lagi bersih, coretan tertera dengan debu jalan menempel.
Menyibukkan diri dengan membaca kembali jadwal aktivitas, terlepas dari aktivitas penting atau tidak penting selalu aku catat, apalagi kalau punya janji dengan seseorang. Prinsip tidak mau mengecewakan dan selalu tepat waktu aku pegang.
Begitu juga dengan sore ini, cahaya jingga mulai menyapa penduduk bumi, menemani aku dalam kesendirian. Sesekali aku buka catatan itu tertulis sebuah puisi.
Apa kabar senja
Warna jinggamu sungguh mempesona
Ratusan pasang mata memperhatikan kala engkau menyapa