Mohon tunggu...
Walkhot Silalahi
Walkhot Silalahi Mohon Tunggu... Guru - Mencerdaskan generasi penerus bangsa

Menuangkan ide dalam bentuk cerpen juga dalam artikel dalam hal pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aku Guru Penggerak Angkatan 9?

23 April 2024   21:57 Diperbarui: 23 April 2024   22:02 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peran Kepemimpinan Sekolah dalam Keberhasilan Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi. Meskipun Pembelajaran berdiferensiasi memang bukanlah sebuah gagasan yang baru, namun untuk banyak guru-guru, terutama yang terbiasa dengan pedagogi tradisional, implementasi pembelajaran berdiferensiasi ini mungkin pada awalnya akan tidak mudah, karena diperlukan perubahan paradigma dalam melihat proses pembelajaran. Bahkan untuk para guru yang sudah memiliki cara berpikir yang terbuka pun dan yakin dengan manfaat dari pembelajaran berdiferensiasi ini, mereka masih tetap perlu didukung dalam praktek penerapannya. Oleh karena itu, peran kepemimpinan sekolah menjadi sangat penting. Kepala sekolah dan para guru diharapkan dapat memiliki pandangan dan tindakan yang selaras dan memiliki visi yang sama terkait dengan implementasi pembelajaran berdiferensiasi ini. Beberapa hal berikut ini mungkin dapat dipertimbangkan untuk menyelaraskan visi dan mendukung implementasi pembelajaran berdiferensiasi di sekolah. 1. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kepala sekolah diharapkan tidak hanya dapat meningkatkan pemahamannya tentang konsep pembelajaran berdiferensiasi dan teori-teori yang mendasarinya, namun juga memimpin guruguru di sekolahnya dalam sebuah proses belajar yang berkelanjutan dengan terus merefleksikan praktek-praktek pembelajaran yang terjadi di sekolah serta mengambil pelajaran dari pengalaman tersebut. Kepala sekolah juga diharapkan memodelkan keyakinannya tentang pembelajaran yang berpusat pada murid lewat tindakan-tindakan dan pendekatan-pendekatan yang ia gunakan dalam merespon berbagai situasi di sekolahnya, termasuk dalam proses pengelolaan sekolah. 2. Kepala sekolah dapat terus meningkatkan kapasitas guru-gurunya dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi dalam rangka menguatkan pengetahuan dan keterampilan mereka. Ini dapat dilakukan dengan mendukung dan mendorong guru untuk belajar, memberikan akses ke peluang pengembangan profesional, serta menyediakan berbagai akses ke sumber-sumber belajar bagi guru, seperti buku-buku, serta membangun kemitraan untuk memberikan guruguru akses ke contoh-contoh praktik baik, dsb. Kepala sekolah dapat membangun sistem yang membantu guru-guru untuk dapat menerapkan prinsip dan praktik yang mereka pelajari, misalnya dengan mengatur jadwal yang memungkinkan adanya dukungan bagi pelaksanaan perencanaan kolaboratif, meninjau ulang proses dan mekanisme pelaksanaan proses penilaian kinerja dan supervisi pembelajaran, agar selaras dengan nilai-nilai dan praktek-praktek pembelajaran berdiferensiasi yang baik. 

7 Alasan Mengapa Pembelajaran Berdiferensiasi Dapat Berhasil (Ini adalah terjemahan bebas dari artikel yang dipublikasikan melalui website https://inservice.ascd.org/7-reasons-why-differentiated-instruction-works/) Berbicara tentang Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated Instruction/ DI) harus dimulai dengan pemahaman yang akurat tentang apa itu DI --- dan apa itu yang bukan DI. Anda mungkin terkejut mengetahui betapa mudahnya Pembelajaran Berdiferensiasi dilakukan di kelas Anda. 1. Pembelajaran Berdiferensiasi adalah bersifat proaktif. Dalam kelas, guru perlu selalu berasumsi bahwa murid yang berbeda memiliki kebutuhan yang berbeda dan secara proaktif merencanakan pembelajaran yang menyediakan berbagai cara untuk mengekspresikan dan mencapai tujuan pembelajaran. Guru mungkin masih perlu menyempurnakan pembelajaran untuk beberapa murid mereka, tetapi karena guru tahu beragam kebutuhan muridnya di dalam kelas dan memilih opsi pembelajaran yang sesuai, maka kemungkinan besar pengalaman belajar yang mereka rancang akan cocok untuk sebagian besar murid. 2. Pembelajaran Berdiferensiasi lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif. Banyak guru secara salah berasumsi bahwa mendiferensiasi pembelajaran berarti memberi beberapa murid lebih banyak pekerjaan untuk dilakukan, dan yang lainnya lebih sedikit. Misalnya, seorang guru memberikan murid, yang memiliki kemampuan membaca yang lebih tinggi, tugas untuk membuat dua buah laporan buku, sementara murid yang kemampuannya lebih rendah hanya satu laporan saja. Atau seorang murid yang kesulitan dalam pelajaran matematika hanya diharuskan menyelesaikan tugas hitungan atau operasi bilangan, sementara murid yang lebih tinggi kemampuan diminta menyelesaikan tugas hitungan dan ditambah dengan soal-soal cerita. Meskipun pendekatan diferensiasi seperti itu mungkin tampak masuk akal, namun yang seperti itu biasanya tidak efektif. Membuat laporan tentang satu buku bisa saja tetap akan dirasa sebagai tuntutan yang tinggi untuk murid yang memang kesulitan. Seorang murid yang telah menunjukkan penguasaan satu keterampilan matematika tentunya akan siap untuk mulai bekerja dengan keterampilan yang lebih sulit. Menyesuaikan jumlah tugas biasanya akan kurang efektif daripada mengubah sifat tugas. 3. Pembelajaran Berdiferensiasi berakar pada penilaian. Guru yang memahami bahwa pendekatan belajar mengajar harus sesuai dengan kebutuhan murid, akan mencari setiap kesempatan untuk mengenal murid mereka dengan lebih baik. Mereka melihat percakapan individu, diskusi kelas, pekerjaan murid, observasi, dan proses asesmen lainnya sebagai cara untuk terus mendapatkan wawasan tentang apa yang paling berhasil untuk setiap muridnya. Apa yang mereka pelajari akan menjadi katalis untuk menyusun dan merancang pembelajaran dengan cara-cara yang membantu setiap murid memaksimalkan potensi dan bakatnya. Di dalam pembelajaran berdiferensiasi, penilaian tidak lagi hanya dilakukan sebagai sesuatu yang terjadi pada akhir unit untuk menentukan "siapa yang telah mendapatkannya atau siapa yang sudah menguasai". Penilaian diagnostik dilakukan saat unit dimulai. Di sepanjang unit pembelajaran, guru menilai tingkat kesiapan, minat, dan pendekatan belajar yang digunakan murid dan kemudian merancang pengalaman belajar berdasarkan pemahaman terbaru dan terbaik tentang kebutuhan murid. Produk akhir, atau cara lain dari penilaian "akhir" atau sumatif, dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, dengan tujuan untuk menemukan cara terbaik bagi setiap murid untuk menunjukkan hasil belajarnya. 4. Pembelajaran Berdiferensiasi menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten, proses, dan produk. Di semua ruang kelas, guru berurusan dengan setidaknya tiga elemen kurikuler: (1) konten --- masukan, apa yang dipelajari murid; (2) proses --- bagaimana murid berupaya memahami ide dan informasi; dan (3) produk --- keluaran, atau bagaimana murid menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Dengan membedakan ketiga elemen ini, guru menawarkan pendekatan berbeda terhadap apa yang dipelajari murid, bagaimana mereka mempelajarinya, dan bagaimana mereka menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Kesamaan dari pendekatan yang berbeda ini adalah bahwa semuanya dibuat untuk mendorong pertumbuhan semua murid dalam usaha mereka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan untuk memajukan atau meningkatkan proses pembelajaran baik untuk kelas secara keseluruhan maupun untuk murid secara individu. 5. Pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi beroperasi pada premis bahwa pengalaman belajar paling efektif adalah ketika pembelajaran tersebut berhasil mengundang murid untuk terlibat, relevan, dan menarik bagi murid. Akibat dari premis itu adalah bahwa semua murid tidak akan selalu menemukan jalan yang sama untuk belajar yang dengan cara yang sama mengundangnya, sama relevannya, dan sama menariknya. Lebih lanjut, pembelajaran berdiferensiasi mengakui bahwa pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang akan datang harus dibangun di atas pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman sebelumnya --- dan bahwa tidak semua murid memiliki fondasi belajar yang sama pada awal proses pembelajaran. Para guru yang membedakan pengajaran di kelas-kelas yang memiliki keragaman akademis berusaha untuk memberikan pengalaman belajar yang secara tepat menantang untuk semua murid mereka. Guru-guru ini menyadari bahwa kadang-kadang tugas yang tidak menantang bagi beberapa peserta didik bisa jadi sangat rumit bagi yang lain. 6. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan perpaduan dari pembelajaran 

seluruh kelas, kelompok dan individual. Ada waktu ketika pembelajaran seluruh kelas adalah pilihan yang efektif dan efisien. Ini berguna untuk misalnya, membangun pemahaman bersama, dan memberikan kesempatan untuk diskusi dan melakukan ulasan bersama yang dapat membangun rasa kebersamaan. Pembelajaran berdiferensiasi ditandai oleh irama berulang dari melakukan persiapan kelas, mengulas kembali, dan berbagi, yang kemudian diikuti oleh kesempatan untuk eksplorasi, ekstensi (pendalaman materi), dan produksi (menghasilkan pekerjaan) individu atau kelompok kecil. 7. Pembelajaran berdiferensiasi bersifat "organik" dan dinamis. Di setiap ruang kelas yang berbeda-beda, mengajar adalah sebuah evolusi. Murid dan guru sama-sama menjadi pembelajar. Guru mungkin tahu lebih banyak tentang materi pelajaran, namun mereka juga terus belajar tentang bagaimana murid mereka belajar. Kolaborasi yang berkelanjutan dengan murid diperlukan untuk memperbaiki peluang belajar agar efektif untuk setiap murid. Guru memantau kecocokan antara kebutuhan murid dan proses pembelajaran mereka serta membuat penyesuaian sebagaimana diperlukan. Diadaptasi dari How to Differentiate Instruction in Academically Diverse Classrooms, 3rd Edition, oleh Carol Ann Tomlinson, Alexandria, VA: ASCD. 2017 oleh ASCD. Hak cipta terdaftar. 

Pembelajaran Sosial dan Emosional

Selama menjadi pendidik, Anda tentu pernah mengalami sebuah peristiwa yang dirasakan sebagai sebuah kesulitan, kekecewaaan, kemunduran, atau kemalangan, yang akhirnya membantu Anda bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. 

  1. Apa kejadiannya, kapan, di mana, siapa yang terlibat, apa yang membuat Anda memilih merefleksikan peristiwa tersebut, dan bagaimana kejadiannya?

Disaat mempersiapkan pelayanan kunjungan ke luar daerah. Bulan Desember 2019 anak-anak sudah mantapkan pelayanan namun akhirnya pihak sekolah membatalkan pelayanan. Yang terlibat senior SMA kelas 12 dan dua orang guru. Peristiwa tersebut sangat berguna sebagai bahan refleksi karena kesedihan yang mendalam terlihat jelas dari mimik wajah murid. Sebagai bahan refleksinya adalah apa yang diputuskan perlu dipertimbangkan baik buruknya juga dampaknya kepada murid. Untuk mengatasi masalah tersebut saya panggil semua murid senior dan kami sepakat untuk membuat grup fb dengan nama grup "Kabar Baik dari SLA Nusra". Kecewa itu diganti dengan senyuman yang tulus dalam pelayanan melalui media facebook. 

  1. Bagaimana Anda menghadapi krisis tersebut (coping)? Bagaimana  Anda dapat bangkit kembali (recovery) dan bertumbuh (growth) dari krisis  tersebut?

Sebagai guru harus mampu mengendalikan emosi, melalui KSE diri saya mencoba tenangkan pikiran dan sesuatu yang berharga keluar dari masalah itu yaitu tersenyumlah disaat orang menertawai kekuranganmu, bersabarlah ketika orang menekanmu. Hal yang terpenting dalam pelayanan sebagai guru harus mampu digugu dan ditiru dalam hal berbuat baik dan mampu menjalin relasi kepada semua orang tanpa membedakan status, 

  1. Gambarkan diri Anda setelah melewati krisis tersebut.

Hal yang terpenting yang dapat dipelajari dari krisis terbut adalah membuka komunikasi dengan pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah dan pastikan dalam komunikasi itu bukan untuk kepentingan pribadi namun kepentingan orang banyak untuk membiasakan murid terlibat aktif dalam pelayanan. Tidak cukup hanya murid pintar namun kurang dalam berelasi dan membuka diri dengan semua orang. 

Dampak pengelolaan krisis tersebut terhadap diri dalam menjalankan peran sebagai pendidik adalah kuasa diri dan harus mampu mengontrol diri dan mengambil keputusan yang bertanggung jawab. 

Sebagai pendidik, Anda tentu pernah bertemu murid yang memiliki pemahaman diri, ketangguhan, atau kemampuan membangun hubungan yang positif dengan orang lain. Setujukah Anda bahwa faktor-faktor tersebut membantu ia menjalani proses pembelajaran dengan lebih optimal di sekolah? Jelaskan jawaban Anda dengan bukti atau contoh yang mendukung. 

Pendidik menjalin komunikasi aktif dengan semua murid. Terkadang ada murid memiliki pemahaman diri, tangguh dan mampu membangun hubungan yang positif dengan orang lain. Kemampuan menjalin komunikasi ini perlu dituntun supaya murid itu bertumbuh dengan kesadaran diri yang rendah hati. Kemampuan diri murid karena ada faktor pendukung dari KSE yang dimilikinya namun sekalipun murid itu mampu memiliki KSE tetap fungsi kontrol dari pendidik harus ada di dalamnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun