Mohon tunggu...
Walentina Waluyanti
Walentina Waluyanti Mohon Tunggu... Penulis - Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Penulis. Bermukim di Belanda. Website: Walentina Waluyanti ~~~~ Email: walentina.waluyanti@upcmail.nl ~~~ Youtube channel: Kiki's Mom

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jadi Penulis Spesialis? Ini Tantangan dan Keuntungannya

2 Januari 2022   09:35 Diperbarui: 6 Januari 2022   14:01 1324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis sekaligus pembawa acara kuliner, Bondan Winarno. Sumber: Dokumen pribadi Bondan Winarno (Instagram/@maknyusbw)

Penulis: Walentina Waluyanti

Berbagai media di Indonesia menyebutnya sebagai pakar kuliner. Dalam dunia kuliner, nama Bondan Winarno sudah tidak asing lagi di Indonesia. Ia dikenal dengan jargonnya, "maknyus!".

Siapa sangka Bondan Winarno bisa mencapai kepakarannya, meskipun ia tak sempat menyelesaikan kuliahnya? Melansir KOMPAScom, Bondan Winarno pernah kuliah di Fakultas Teknik jurusan Teknik Arsitektur di Universitas Diponegoro, Semarang. Tapi kuliahnya itu tidak sampai selesai. (Sumber)

Memang, sebelum berfokus menulis topik kuliner, Bondan Winarno juga seorang jurnalis yang tentunya menulis hal-hal lain di luar kuliner. Misalnya, ia juga menulis masalah manajemen. Di bidang penulisan fiksi, ia pernah memenangkan hadiah pertama lomba penulisan cerpen. 

Ia menulis di kolom-kolom berbagai penerbitan di Indonesia, dan pernah menjadi Pemimpin Redaksi Suara Pembaruan (2001-2003). Pria kelahiran Surabaya (wafat tahun 2017) ini, pernah menjadi presenter untuk acara kuliner di salah satu stasiun TV nasional.

Bondan Winarno dikenal sebagai wartawan yang punya banyak keahlian. Ia juga seorang pengusaha. Tapi yang paling dikenal luas adalah bahasannya tentang kuliner. Ini karena ia banyak menulis tentang kuliner di kolom-kolom beberapa penerbitan, yang membuatnya kemudian dikenal sebagai penulis spesialis bidang kuliner.

Kolom yang membuat nama Bondan Winarno banyak dikenal, adalah kolom yang bernama "jalansutra" yang memuat tulisan-tulisannya. Kolom "jalansutra" adalah kolom kuliner di Suara Pembaruan Minggu dan Kompas Cyber Media (2000-2003). Nama kolom ini kemudian menjadi nama komunitas kuliner "jalansutra" yang sempat diasuh oleh Bondan Winarno semasa hidupnya.

Meraih Kompetensi Tanpa Gelar Akademis 

Bondan Winarno membuktikan, gelar akademik bukanlah syarat utama untuk menjadi penulis spesialis. Penulis spesialis adalah penulis yang membahas satu tema spesifik dalam tulisan-tulisannya.

Ia memang gagal meraih diploma sebagai arsitek. Tetapi ia bisa memperoleh predikat "pakar" karena tulisan-tulisannya tentang kuliner.  

Modal utama untuk memperoleh kepakaran tersebut adalah konsistensi dan penguasaan atas bidang yang dibahas. Tentu konsistensi dan penguasaan tadi diperoleh bukan melalui proses yang instan. Ada ketekunan untuk terus meningkatkan pengetahuan terkait bidang tersebut.

Bondan Winarno membuktikan, untuk konsisten menulis satu bidang spesifik, bisa ditekuni secara otodidak, tanpa harus memiliki gelar akademik untuk bidang terkait.

Konsistensi dan penguasaan atas bidang yang ditulis, melahirkan kompetensi. Ini tentu harus diiringi oleh keterampilan menulis yang diolah sedemikian rupa, sehingga menarik bagi pembaca.

Semakin tulisannya itu dicari pembaca yang berminat pada bidang spesifik tersebut, semakin penulisnya dikenal sebagai penulis spesialis. Ini merupakan jalan pembuka bagi penulis untuk konsisten menulis di jalur bidang spesifik yang dipilihnya.  

Tantangan Penulis Spesialis

Untuk menjadi seorang penulis spesialis, ada tantangan yang mesti diperhitungkan. Tantangan ini lebih berat lagi, bagi seorang penulis spesialis yang tidak memiliki gelar akademik untuk bidang terkait. Tantangan itu adalah sebagai berikut:  

1. Mengkreasi Kekhasan dalam Menulis

Kekhawatiran penulis yang membahas satu bidang spesifik, yaitu khawatir apabila pembaca berkomentar, "Ah! Itu lagi, itu lagi". Sehingga penulis perlu memiliki keterampilan menulis yang membuat pembaca "ketagihan".

Karena tidak punya gelar akademik terkait bidang yang dibahasnya, maka sebagai gantinya penulisnya itu harus punya ajian lain. Penulis harus bisa menciptakan "magnet" bagi tulisannya. Sehingga pembaca mau terus "nempel", membaca dari awal hingga akhir.

Misalnya bahasannya ditulis dengan gaya populer. Ini artinya tulisan itu bisa dicerna oleh segala kalangan, bahkan jika menjelaskan sesuatu yang rumit, bersifat teknis dan ilmiah.

Bukan berarti seorang penulis spesialis bergelar akademik, tidak perlu menggunakan gaya penulisan populer. Tetapi yang dimaksudkan di sini, jangan terjadi sebaliknya.

Misalnya karena merasa tidak punya gelar akademik, sehingga sebagai kompensasinya, penulisnya malah "mengilmiah-ilmiahkan" tulisannya. Maksud hati ingin membuat kesan intelek, hasilnya malah pembaca pusing tujuh keliling, karena sulit mencerna.

Menulis dengan gaya populer tidak berarti memaksa membuat tulisan menjadi lucu. Kalaupun tulisan itu terkesan lucu, itu bukan karena dibuat-buat. Tetapi memang karena pembawaan natural penulisnya. Atau konteksnya memang lucu. Memaksa tulisan menjadi lucu, betul-betul tidak lucu.

Penulis seyogianya mengenali dirinya sendiri, untuk dapat membuat tulisan yang berciri khas. Tulisan yang menampilkan ciri khas penulisnya, adalah tulisan yang punya orisinalitas. Pembaca umumnya menyukai sesuatu yang orisinal.  

Membuat tulisan yang tidak begitu-begitu saja (tidak membosankan), meskipun bidang "itu-itu saja" (konsisten membahas satu bidang spesifik), memang bukanlah hal sederhana.

Jika penulisnya sendiri mulai bosan dengan apa yang ditulisnya, ini bisa menjadi gelagat awal timbulnya kebosanan pembaca. Jika kebosanan ini tidak diatasi, akibat terburuknya adalah penulis mulai menulis "suka-suka".

Bondan Winarno memang menulis apa yang ia sukai. Tapi ini tidak berarti ia menulis suka-suka. Bukan yang penting menulis. Tapi ia menghormati pembacanya dengan mempersembahkan kemampuan terbaiknya dalam menulis.

Pembaca bisa merasakan penulis yang menghormati pembacanya. Baik itu dari segi pengolahan kata, maupun pengolahan informasi secara bertanggungjawab.

Tanpa disadari, ini semua terekam di dalam benak pembaca. Maka pembaca akan kembali datang setiap kali tulisannya itu muncul.

Dengan demikian penulisnya harus tetap menjaga stamina menulis, tetap kreatif dalam mencari gaya menulis yang menarik. Juga tetap memperbaharui wawasan dan pengetahuan untuk menjaga kredibilitasnya.

2. Bekerja Lebih Keras untuk Meraih Kompetensi

Penulis spesialis dengan gelar akademik bidang terkait, sudah dengan sendirinya dianggap punya kompetensi. Soal mutu tulisannya, ini lain perkara. 

Tapi penulis spesialis yang tidak punya gelar akademik terkait bidang yang dibahasnya, harus bekerja lebih keras lagi untuk membuktikan kompetensinya.

Untuk bisa mendalami bidang tertentu, seorang penulis harus rela mengorbankan waktunya untuk mempelajari bidang yang diminatinya tersebut. Juga mengikuti perkembangan isu-isu aktual terkait bidang yang digelutinya tersebut.

Penulis tersebut harus membaca banyak sumber, baik dari internet maupun buku-buku yang bisa memperkaya wawasannya. Kalau perlu, bergabung dengan komunitas atau berdiskusi dengan orang-orang yang berpengetahuan cukup, yang mempunyai ketertarikan serupa.

Ketekunan untuk memperdalam pengetahuan dan memperkaya wawasan, membuat bahasannya juga terus berkembang. Tulisan yang tidak berwawasan, dengan mudah terendus oleh pembaca. Ini bisa menurunkan kredibiltas penulisnya.

3. Mengikuti Perkembangan Tren

Tantangan utama dalam menulis satu bidang spesifik, adalah bagaimana caranya agar meskipun terus berkutat pada satu bidang yang sama, tapi tidak berputar-putar pada masalah yang sama.

Meskipun yang ditulis adalah bidang yang sama tidak berarti bahasan itu menjadi "itu-itu saja". Penulis tetap mencari cara agar tulisannya tidak mandek alias tidak begitu-begitu saja.

Penulisnya harus bisa terus kreatif mengemukakan ide segar dan isu-isu terbaru  di seputar masalah tersebut dengan cara menarik. Ini artinya penulis spesialis harus terus mengikuti perkembangan tren untuk dapat membuat tulisan yang berwawasan, disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Menulis "itu ke itu saja" (satu bidang spesifik saja)? No problem. Menulis "begitu-begitu saja" (tidak ada progres)? Ini baru problem.

Dan problem ini bisa diatasi oleh Bondan Winarno. Penyajian ide dan isu diolahnya sedemikian rupa dengan cara yang unik. Tentunya ini ditunjang oleh kesupelan menulis yang membuat tulisannya enak dibaca.

Keuntungan Menjadi Penulis Spesialis 

Penulis spesialis yang berhasil menaklukkan tantangan di atas, bisa saja memperoleh keuntungan yang memuluskan karir kepenulisannya. Keuntungan ini tidak hanya berlaku bagi yang punya gelar akademis, tapi juga bagi yang tidak punya gelar akademis.

1. Memiliki Segmen Pembaca Khusus

Ketika peminat satu bidang spesifik menemukan penulis yang mereka sukai, mereka akan terus mencari tulisan penulis tersebut. Dan yang mereka cari dari penulis itu adalah ulasan bidang spesifik yang sama, yang kerap menjadi bahan tulisannya.

Dan jika pembaca sudah menyukai penulisnya, yang mereka lihat adalah isi tulisannya, bukan gelar akademiknya.

Pembaca yang menyukai bidang kuliner misalnya, sudah tahu penulis mana yang mesti dicari untuk memberi informasi terbaik tentang kuliner.

Penulis yang konsisten menulis dalam satu bidang spesifik (penulis spesialis), sudah menggenggam keuntungan sejak awal. Keuntungannya adalah sejak awal penulis tersebut, disadari atau tidak, sudah menetapkan segmen pembacanya.

Dengan mengetahui segmen pembacanya, penulis tidak perlu lagi menebak-nebak, topik apa yang harus ditulisnya agar tulisannya disukai pembaca.

Dengan memiliki segmen pembaca khusus, tulisan itu dapat menjangkau pembaca secara tepat sasaran. Pembaca yang tersegmentasi adalah modal awal bagi penulis untuk eksis sebagai penulis spesialis.

2. Memiliki "Personal Branding"

Penulis yang konsisten menulis satu bidang spesifik, sejak awal sudah membangun "personal branding" yang jelas. Jika ini terus-menerus konsisten dilakukan, maka "personal branding" itu memuluskan karir penulisnya.

Personal branding yang terbangun baik, akan membuka jalan bagi penulis tersebut untuk mendapatkan pengakuan publik atas keahliannya.

Setelah kerap menulis topik kuliner, Bondan Winarno sudah membangun "personal branding" untuk keahliannya di bidang kuliner. Ia kemudian pernah dipercaya menjabat sebagai Presiden Ocean Beauty International, sebuah perusahaan makanan laut yang berbasis di Seattle Washington, Amerika Serikat.

3. Predikat Pakar

Penulis yang menulis satu bidang spesifik (penulis spesialis), umumnya dilihat sebagai penulis yang konsisten dan berdedikasi menekuni keahlian tertentu.

Oleh karena terus-menerus menekuni bidang tersebut secara mendalam, maka penulis tersebut dianggap mumpuni untuk bidang spesifik yang ditekuninya itu.

Jika konsistensi dan dedikasi ini terus dilakukan dan semakin luas dikenal oleh pembaca, penulisnya bisa mencapai level yang disebut pakar.

Dan apabila tulisannya itu banyak disukai dan diminati, maka pencapaian yang tertinggi dari penulis tersebut adalah pengakuan publik atas kepakarannya. 

Sebutan pakar yang diperoleh karena konsisten menulis satu bidang spesifik, tidak selalu karena mempunyai gelar akademik untuk bidang terkait.   

Dengan adanya pengakuan publik atas kepakarannya, penulisnya bisa saja direkrut oleh perusahaan-perusahaan yang membutuhkan keahliannya. ***

(Penulis @ Copyright: Walentina Waluyanti)

Copyright dilindungi undang-undang

Sumber: 1, 2, 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun