Mohon tunggu...
Walentina Waluyanti
Walentina Waluyanti Mohon Tunggu... Penulis - Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Penulis. Bermukim di Belanda. Website: Walentina Waluyanti ~~~~ Email: walentina.waluyanti@upcmail.nl ~~~ Youtube channel: Kiki's Mom

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Mistis Menyapa Hantu dan Sangkaan Buruk

12 Desember 2021   20:43 Diperbarui: 13 Desember 2021   07:02 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Jalan di Belanda. (Sumber: Pikist)

Salah ngomong sedikit, ucapan orang lain sangat mudah diinterpretasikan sebagai sindiran yang ditujukan kepada dirinya. Padahal mungkin orang lain itu berbicara biasa saja, tentang fenomena umum atau tentang diri sendiri. Tidak spesifik menunjuk ke pribadi tertentu.

Piet bercerita kepada Ben bahwa ia bangga bisa mengantar anaknya jadi orang sukses. Ben tersinggung, merasa Piet sedang merendahkan dirinya bahwa anaknya tidak sesukses anak Piet. 

Kalau Piet mengatakan bahwa pemilik rumah di kompleks perumahannya umumnya orang yang berpenghasilan tinggi? Ben merasa Piet menghinanya bahwa penghasilannya lebih rendah.

Ketika dua orang yang lewat berbicara sambil tertawa dan melihat ke seorang ibu, si ibu langsung merasa bahwa dua orang itu sedang mengejek dirinya.

Orang membunyikan klakson dengan keras di belakang, saya langsung tersinggung, merasa dihardik kasar. Padahal orang itu mungkin memang sedang terburu-buru karena teringat kompor di rumahnya lupa dimatikan. Bukan karena marah terhadap saya.

Orang-orang yang mudah tersinggung, seolah mudah menempatkan "AKU" sebagai pusat jagat raya. Juga mudah membuat orang lain menjadi "tersangka".

Orang yang mudah tersinggung, terhina dan tersakiti, menempatkan dirinya sendiri sebagai korban. Padahal boleh jadi yang menjadi korban adalah sebaliknya.

Yang menjadi korban justru adalah orang lain yang diperlakukan sebagai "tersangka" secara sewenang-wenang, disangka telah menghina dan menyinggung dirinya. Padahal belum tentu demikian. Akibatnya setiap bertemu orang yang disangka telah menghina tersebut, timbul kebencian tanpa alasan.

Bencana nasional dan bencana internasional bisa terpicu akibat menjatuhkan prasangka-prasangka kepada orang lain secara sewenang-wenang, hanya berdasarkan asumsi semata. 

Sejarah mencatat, karena prasangka terhadap orang-orang yang disangka komunis tanpa bukti, bisa terjadi pembantaian massal. (Kalaupun benar-benar terbukti komunis, tentu saja tidak menjadi pembenaran untuk melakukan pembantaian).

Prasangka juga bisa menjadi hantu yang mengakibatkan bencana internasional. Karena prasangka Hitler terhadap etnis Yahudi, mengakibatkan genosida dengan korban tewasnya 6 juta orang Yahudi. Prasangka ini juga berlanjut kepada orang-orang non-Yahudi yang tak tergolong ras Arya, sehingga mereka ini juga ikut menjadi korban genosida.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun