Mohon tunggu...
Walentina Waluyanti
Walentina Waluyanti Mohon Tunggu... Penulis - Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Penulis. Bermukim di Belanda. Website: Walentina Waluyanti ~~~~ Email: walentina.waluyanti@upcmail.nl ~~~ Youtube channel: Kiki's Mom

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Mistis Menyapa Hantu dan Sangkaan Buruk

12 Desember 2021   20:43 Diperbarui: 13 Desember 2021   07:02 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Jalan di Belanda. (Sumber: Pikist)

Orang itu menyapa saya. Merasa disapa, saya melihat wajahnya. Siluet wajahnya yang sangat putih menyembul di keremangan. Tapi ini bukan hal aneh. Namanya juga di Eropa. Bertemu orang berkulit putih, itu hal biasa.

Saya membalas sapaannya dengan berucap, "Selamat pagi!" Tapi saya agak ragu. Betulkah orang itu tadi mengucapkan selamat pagi kepada saya?

Tadi ia memang mengucapkan sesuatu, tapi tidak jelas. Saya hanya mendengar suara seseorang yang sepertinya sangat tua. Suaranya gemetar, tapi tidak jelas apa yang diucapkannya.

Saya meneruskan langkah. Tapi penasaran dengan ucapan tak jelas dari orang itu. Tadi orang itu bilang apa? Lalu saya menoleh. Pada saat saya menoleh, orang itu sudah tidak ada.

Dan karena orang itu tidak ada di tempatnya semula, kontan saya berhenti. Mungkin orang tadi sudah berkendara dengan sepedanya? Saya melihat ke sepanjang jalan. Tidak ada sepeda dan tidak ada satupun kendaraan yang lewat. Juga tidak ada orang lain yang terlihat, selain saya sendiri. Jalan ini lurus saja, tidak ada belokan.

Kalaupun orang itu bersepeda dengan cepat... masak iya, orang bisa menghilang secepat itu dalam hitungan detik di jalan yang lurus ini? Lampu jalanan memberi penerangan cukup. Mata saya bisa melihat ke sepanjang jalan. Tak ada orang bersepeda, tak ada orang lewat, juga tak ada mobil dan tak ada kendaraan lainnya.

Apakah tadi saya sedang saling menyapa dengan hantu? Seketika saya lari sekencang-kencangnya.

Dari suaranya, orang itu mestinya sudah sangat tua. Biasanya orang setua itu di Belanda sudah pensiun, tinggal di rumah saat subuh begini. Jarang ada lansia pensiunan di Belanda yang bersepeda di tengah dinginnya subuh.

Saat lari sekencang-kencangnya karena ketakutan, saya sudah lupa usia. Rasanya kecepatan lari saya saat itu bisa mengalahkan kecepatan pelari estafet usia 20-an. Saya yang tadinya tidak berani berolahraga berat, malah mendadak berolahraga tingkat Olimpiade.

Saat lari, saya merasa hantu itu sedang mengganduli punggung saya. Mungkin hantu itu menempelkan tangannya di tengkuk saya. Tentu saja ini  cuma perasaan saya saja.

Hantu yang Sesungguhnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun