Mohon tunggu...
Wakidi Kirjo Karsinadi
Wakidi Kirjo Karsinadi Mohon Tunggu... Editor - Aktivis Credit Union dan pegiat literasi

Lahir di sebuah dusun kecil di pegunungan Menoreh di sebuah keluarga petani kecil. Dibesarkan melalui keberuntungan yang membuatnya bisa mengenyam pendidikan selayaknya. Kini bergelut di dunia Credit Union dan Komunitas Guru Menulis, keduanya bergerak di level perubahan pola pikir.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

5 Pelajaran dari Krisis Corona bagi Pemimpin

28 Maret 2020   00:07 Diperbarui: 28 Maret 2020   23:43 1474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi kepemimpinan. (sumber: KOMPAS)

Keputusan membuat diri kita, krisis mengungkapkan diri kita. Kita memiliki kendali atas keputusan-keputusan kita tetapi kita tidak memiliki kendali atas kondisi kita. Menghadapi krisis, kita memiliki pilihan untuk menggerutu atau memimpin dan memberikan harapan kepada orang-orang.

John Hope Bryant dalam bukunya Love Leadership mengatakan: 

Kebanyakan orang menemukan kekuatan dalam hal-hal yang berada di luar mereka; uang, kekuasaan, jabatan, pakaian, mobil. Tetapi sebagian besar hal yang membuat seorang pemimpin ada di dalam: integritas, kebijaksanaan, kepercayaan diri, gairah, kasih sayang, intuisi. Semua ini berasal dari pengalaman, cobaan hidup, bagian terdalam dari jiwa manusia. Anda tidak bisa memalsukannya, Anda tidak dapat membeli apa yang tidak untuk dijual.

Mentor saya Rev. Murray mengatakan, "Hidup mengajukan pertanyaan dari setiap pemimpin yang mengukur efektivitas dan kebijaksanaan mereka: `Apa yang telah Anda lalui?' Sesudah pertempuran, Raja Arthur akan meminta para prajuritnya berbaris di depannya, menanyai satu per satu, 'Tunjukkan bekas lukamu.' Kalau tidak ada, ia akan berkata kepada prajurit itu, 'Pergi dan dapatkan bekas lukamu.'" Saya telah belajar bahwa autentisitas penting, dan bahwa rute terbaik menuju kehidupan autentik adalah melalui bekas luka Anda. Saat Anda mendapatkan bekas luka, Anda belajar untuk menanggalkan cerita buruk dalam kehidupan Anda dan melekatkan diri pada substansi dalam hidup Anda--dan pada substansi orang-orang di sekitar Anda. Justru karena sejarah kehilangan itu, Anda tidak pernah menganggap diri Anda terlalu serius atau tergoda oleh materialisme jangka pendek yang tidak perlu.  Dengan kata lain, kehilangan membantu mendasarkan dan mendewasakan Anda sebagai manusia.

Ada pelajaran sulit dalam kemunduran hidup: sama seperti baja ditempa melalui api, para pemimpin ditempa karena kehilangan. Tidak ada kekuatan, tidak ada pertumbuhan batin yang nyata, tanpa rasa sakit dari penderitaan yang sah. Ini fakta ilmiah: Anda tidak dapat memiliki pelangi tanpa badai. Itulah sebabnya saya percaya bahwa hukum pertama kepemimpinan cinta adalah bahwa kehilangan menciptakan pemimpin. 

Kehilangan adalah kebijaksanaan yang didapat sejak dini. Kebijaksanaan muncul ketika kita berurusan dengan semua kekacauan hidup. Kekacauan itu ada tetapi tidak mendefinisikan kita. Apa yang tidak membunuh kita hanya akan membuat kita lebih kuat. Saya melakukan kesalahan tetapi jelas saya bukan kesalahan.

John C. Maxwell memiliki passion mengenai transformasi. Ia sangat ingin melihat adanya transformasi dalam sebuah negara. Tetapi transformasi tidak mungkin terjadi tanpa adanya orang-orang di dalamnya yang menghidupi nilai-nilai yang baik. Transformasi tidak mulai dari undang-undang. Transformasi terjadi dari dalam, bukan dari luar. 

Transformasi adalah persoalan nilai dan ketika orang-orang belajar dan menghidupi nilai-nilai yang baik, mereka menjadi lebih berharga bagi diri mereka sendiri dan bagi sesama. 

Mereka menjadi lebih besar dari dalam dan menjadi lebih besar di luar. Dan itulah yang sedang kita usahakan sekarang, melalui krisis dan kesulitan, kita sedang berusaha untuk menjadi lebih besar dari dalam sehingga juga bisa lebih besar di luar.

4. Krisis menuntut kemampuan beradaptasi

Pemimpin yang berhasil selalu memiliki Plan B dan selama krisis mungkin bahkan Plan C. Pelatih yang baik akan memiliki pre-game plan, sebuah rencana yang didasarkan pada pemikiran mereka. Mereka menyiapkan dan melatih timnya berdasarkan pre-game plan ini. Tetapi pelatih yang hebat, sesudah setengah permainan akan mundur ke ruang loker dan membuat penyesuaian untuk setengah permainan yang masih tersisa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun