Sayang, kenapa kau sangat pelupa, apakah memori di dalam kepalamu itu sudah sangat penuh dengan sampah, sehingga kau sangat mudah melupakan sesuatu, hanya dalam hitungan jam, tidak juga sampai setengah hari kau sudah melupakan semuanya.
Sayang, apakah kau sudah mulai pikun, kenapa sikap mu biasa-biasa saja, seperti tidak pernah terjadi sesuatu, kau masih saja ceria, masih mesra, masih perhatian, bahkan kebiasaanmu mencium keningku dengan hangat masih juga kau lakulan.
Sayang, didalam hati dan pikiranku terus bertanya-tanya, sebenarnya siapakah wanita yang sekarang berada di hadapanku, malaikatkah?, Bidadari kah?, Atau hanya sebuah kepura-puraan untuk menutupi semuanya, agar smua terlihat baik-baik saja?.
Sayang, bukankah baru beberapa jam saja kau mengalami kejadian buruk karena ulahku, karena kelemahanku yang tidak bisa menahan amarah dan emosiku, karena sifat kekanak-kanakanku.Â
Ya, kutumpahkan smua kesalku padamu, hampir aku tak pernah bisa mengingat siapa dirimu saat aku sedang kalap.
Aku tak ingat, betapa kau sudah berjuang sejak hari pertama aku berjanji untuk menjadikanmu belahan hatiku. Kau telah berjuang untuk tetap bersamaaku meski disaat terakhir sebelum akad nikah kau hampir menyerah, ya, kau hampir menyerah karena merasa tak sanggup jika harus menghadapi sikapku yang kekanak-kanakan.Â
Sudah tergambar jelas dalam benakmu waktu itu, jika sebenarnya kamu akan menjalani hari-hari bersamaku dengan sangat berat. Sudah jelas tergambar bahwa kau akan lebih banyak menderita dari pada bahagia.Â
Tapi, kau memutuskan untuk terus maju, saat kau lihat ayah dan ibuku disana, bahkan hatimu pun tak sanggup melihat mereka terluka. Lebih baik kau yang berkorban menenggelamkan dirimu di alur kehidupan bersamaku yang egois dan tidak mau perduli dengan perasaanmu.
Sayang, Aku tak bisa lagi mengingat perjuanganmu melahirkan zuriatku, menahan sakit berhari-hari, bahkan sampai hampir kehilangan nyawamu.Â
Sayang, bukankah sembam di matamu belum juga hilang?, Mengapa kau sudah bisa memperlakukan aku dengan baik, seolah-olah akulah satu-satunya manusia yang paling berharga bagimu, padahal aku tau, aku bisa merasakan, bahwa ada orang lain yang diam-diam mencintaimu, diam-diam dia juga terluka melihatmu menangis hanya karena orang seperti aku.
Sayang, Sudah hilangkah ingatanmu atas kejadian beberpa jam yang lalu?, Begitu hina aku mencacimu, aku pun masih mengingat dengan baik, aku meneriakimu  sebagai PELACUR, bahkan nama-nama binatangpun ku sematkan kepadamu.  Hanya karena aku marah padamu.Â
Ya sayang, hanya karena semua tindakanmu tidak sesuai dengan keinginanku aku memakimu seolah-olah kau lah satu-satunya manusia yang tidak berharga bagiku.Â
Tidakkah kau ingat itu sayang, tidakkah kau ingat perlakuan kasarku?, mengapa kau begitu lembut setelah smua yang aku lakukan padamu.Â
Aku tampaknya telah terlalu bodoh sehingga aku sendiripun tak bisa mengingat-ingat lagi, berapa kali aku merendahkanmu layaknya binatang, dan berapa kali pula kau pun terus bersikap biasa-biasa saja, yah, mungkin ada sekali atau dua kali kau memberontak tidak terima dengan perlakuanku, mungkin saat itu kau sedang benar-benar tidak sanggup menghadapi semuanya, kau berteriak ingin berpisah denganku.Â
Kau berkata sudah tak bisa lagi bersamaku, tapi, mungkin karena kau tak lagi memikirkan dirimu sendiri sehingga kau mengurungkan niatmu itu, mungkin kau memikirkan anak-anak, mungkin kau memikirkan ayah dan ibuku, bukankah mereka akan sangat terkejut jika mendengar kita akan berpisah, dan kau tak mau mereka sedih bukan?.
Mungkin itu yang selalu membuatmu menyerah disaat kau ingin pergi dariku, dan memutuskan untuk tinggal dengan smua konsekuensinya.
Sayang, sekuat itukah dirimu, menanggung smua ini sendirian, kekuatan apa yang Tuhan berikan padamu sehingga kau sanggup memikul smua sendirian.Â
Saat-saat kau sedang kalut karena sikapku, yang kulihat hanya tangisan dalam sujud panjangmu ditengah malam, saat tidak ada orang yang melihatmu, kau diam-diam bangun, pelan, dan tanpa suara, bahkan saat kau membuka pintu kamar menuju kamar mandi tempatmu berwudhu pun kau lakukan dengan sangat hati-hati, takut kalau-kalau ada yang terbangun dan melihatmu.Â
Sembunyi dan rahasia di dalam kegelapan malam, kau curahkan rasamu pada Sang Maha Pemberi Kesedihan, itukah caramu menyelesaikan smua gejolak dihatimu, ataukah ini cara Tuhan mencintaimu, memberikan kesedihan yang teramat dalam padamu, sehingga kau berlama-lama bercinta dengan Tuhan.Â
Sungguh ada kecemburuan saat itu akan kemesraanmu pada Sang Maha Segalanya. Kau bisa mencurahkan smua rasamu dalam sujudmu, sedangkan aku yang selalu memelukmu tak pernah kau mau berbagi rasamu padaku.
Sayang, takutkah aku kehilanganmu? Tapi mengapa aku selalu melukaimu?, Itukah caraku mencintaimu sayang, ataukah jiwaku sakit setiap kali melihatmu lebih akrab dengan teman-temanku, ataukah aku sangat ketakutan jika ada salah satu, atau mungkin banyak dari mereka yang akan jatuh cinta padamu?,Â
Ya sayang, pasti banyak diantara mereka yang terpesona padamu. Bukan karena kamu cantik, tapi aura kasih sayangmu terasa sangat kuat bagi siapa saja yang kamu temui.Â
Rasa nyaman saat bersamamulah yang membuat orang-orang bisa begitu saja tanpa alasan untuk bisa mencintaimu.Â
Dan aku sangat cemburu, aku cemburu sampai-sampai aku selalu marah-marah tanpa alasan saat mereka akrab denganmu. Aku cemburu sayang, aku takut kau pun akan jatuh cinta pada mereka dan meninggalkan aku sendirian.
Ya sayang, karena itu aku menggengammu dengan lebih erat lagi, kubatasi semua kegiatanmu, kuhalangi smua aksesmu untuk bertemu dengan lebih bayak orang lagi.Â
Ya, lagi dan lagi, aku membiarkanmu menanggung smua sendirian.Â
Masih sanggupkah kamu sayang, menemani aku dengan segala egoku, dengan kelemahanku yang selalu melukaimu?
Bisakah kamu menjadi malaikat dan bidadari sayang?, Yang selalu memiliki kebesaran hati untuk memaafkan semua salahku?, Adakah bahagia dihatimu jika kau terus bersamaku meski sedikit saja?.
Jadilah kuat sayang, jadi lah tangguh, jadilah hebat, dan jadilah iklas. Jika karena aku, Tuhan memuliakanmu lebih dari wanita-wanita lain di dunia ini, kuatlah demi dirimu sendiri, sampai hanya Tuhan sendirilah yang memberi keputusan atas hidupmu.
Aku yakin sayang, diluar sana, ada seseorang yang mencintaimu dengan tulus, yang merangkai cintanya dalam butiran-butiran doa, dan itulah juga yang pasti akan menguatkanmu menjalani takdirmu.
Yogyakarta,
Thanks to my master of happiness. Selalu doakan aku agar bisa iklas menjalani takdirku, dan semoga Allah mempertemukan lagi kita di dunia kita berasal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H