Mohon tunggu...
Memories
Memories Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Hanya orang biasa yang tidak berarti apa apa

Mengagumi perjalanan hidup seseorang memberikanku banyak inspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menjalani Kenyataan

19 Oktober 2019   09:13 Diperbarui: 19 Oktober 2019   10:01 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by geulgram

Ya sayang, hanya karena semua tindakanmu tidak sesuai dengan keinginanku aku memakimu seolah-olah kau lah satu-satunya manusia yang tidak berharga bagiku. 

Tidakkah kau ingat itu sayang, tidakkah kau ingat perlakuan kasarku?, mengapa kau begitu lembut setelah smua yang aku lakukan padamu. 

Aku tampaknya telah terlalu bodoh sehingga aku sendiripun tak bisa mengingat-ingat lagi, berapa kali aku merendahkanmu layaknya binatang, dan berapa kali pula kau pun terus bersikap biasa-biasa saja, yah, mungkin ada sekali atau dua kali kau memberontak tidak terima dengan perlakuanku, mungkin saat itu kau sedang benar-benar tidak sanggup menghadapi semuanya, kau berteriak ingin berpisah denganku. 

Kau berkata sudah tak bisa lagi bersamaku, tapi, mungkin karena kau tak lagi memikirkan dirimu sendiri sehingga kau mengurungkan niatmu itu, mungkin kau memikirkan anak-anak, mungkin kau memikirkan ayah dan ibuku, bukankah mereka akan sangat terkejut jika mendengar kita akan berpisah, dan kau tak mau mereka sedih bukan?.

Mungkin itu yang selalu membuatmu menyerah disaat kau ingin pergi dariku, dan memutuskan untuk tinggal dengan smua konsekuensinya.

Sayang, sekuat itukah dirimu, menanggung smua ini sendirian, kekuatan apa yang Tuhan berikan padamu sehingga kau sanggup memikul smua sendirian. 

Saat-saat kau sedang kalut karena sikapku, yang kulihat hanya tangisan dalam sujud panjangmu ditengah malam, saat tidak ada orang yang melihatmu, kau diam-diam bangun, pelan, dan tanpa suara, bahkan saat kau membuka pintu kamar menuju kamar mandi tempatmu berwudhu pun kau lakukan dengan sangat hati-hati, takut kalau-kalau ada yang terbangun dan melihatmu. 

Sembunyi dan rahasia di dalam kegelapan malam, kau curahkan rasamu pada Sang Maha Pemberi Kesedihan, itukah caramu menyelesaikan smua gejolak dihatimu, ataukah ini cara Tuhan mencintaimu, memberikan kesedihan yang teramat dalam padamu, sehingga kau berlama-lama bercinta dengan Tuhan. 

Sungguh ada kecemburuan saat itu akan kemesraanmu pada Sang Maha Segalanya. Kau bisa mencurahkan smua rasamu dalam sujudmu, sedangkan aku yang selalu memelukmu tak pernah kau mau berbagi rasamu padaku.

Sayang, takutkah aku kehilanganmu? Tapi mengapa aku selalu melukaimu?, Itukah caraku mencintaimu sayang, ataukah jiwaku sakit setiap kali melihatmu lebih akrab dengan teman-temanku, ataukah aku sangat ketakutan jika ada salah satu, atau mungkin banyak dari mereka yang akan jatuh cinta padamu?, 

Ya sayang, pasti banyak diantara mereka yang terpesona padamu. Bukan karena kamu cantik, tapi aura kasih sayangmu terasa sangat kuat bagi siapa saja yang kamu temui. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun