Revi celingak-celinguk. Di laci. Tas. Bawah meja. Tak ada. Di luar? Dia keluar mencari.
Rara mendatangi mejanya. “Siapa sih yang taruh sini?” Semua sibuk berbenah diri. Beberapa siswa sudah mengganti baju olahraga dengan seragam. Saatnya golongan siswa beranjak keluar beri kesempatan siswi mengganti baju. Tiada satupun yang jawab. Rara jepit itu kaos olahraga selayaknya kepitan kepiting. “Iih… baunya.” Rara mengibas-ngibas tangan supaya menghalau bau keringat di baju tersebut.
Periksa bagian dalam bawah kaos olahraga. Tiada nama pemilik di situ. “Nama gak ada,” sungut Rara. “Siapa punya nih?” Tidak ada orang menjawab. Tapi pintu kelas terbuka. Revi masuk ruangan kelas..
“Ada tidak yang kehilangan baju?”
Revi menyipit mata begitu mendengar pertanyaan Rara. Ada sangkut paut dengan dirinya. “Ra, jijik banget kau megang bajuku?” sahut Revi. Menghampiri Rara.
“Lho, ini siapa yang naruh sampah sembarangan di sini sih?”
“Apa, sampah? Coba lihat. Punyaku kali.” Revi mencoba merampas baju dari jepitan telunjuk Rara, namun Rara membuang itu baju dengan melepas jepitan tangan.
Mata Revi melotot. “E… eeh.” Dia secara refleks menangkap baju itu sebelum sampai di lantai.
Revi mencium bau baju itu. “Punyaku.”
“Revi, kau tuh jorok.”
“Kenapa?”