Mohon tunggu...
Moh Wahyu Syafiul Mubarok
Moh Wahyu Syafiul Mubarok Mohon Tunggu... Penulis - Part time writer, full time dreamer

No Sacrifices No Victories

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Quo Vadis Industri Baterai Listrik Tanah Air

15 Desember 2024   18:04 Diperbarui: 16 Desember 2024   11:19 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain itu, baterai NMC mendukung ekonomi sirkular karena material bernilai seperti nikel, kobalt, dan lithium dapat diaur ulang untuk mengurangi limbah sekaligus menekan biaya produksi jangka panjang. Dengan melimpahnya sumber daya nikel di Indonesia, fokus pada teknologi NMC memberikan peluang besar untuk memenuhi permintaan pasar EV global yang terus berkembang.

Di sisi lain, baterai LFP memiliki keunggulan di sektor sistem penyimpanan energi (ESS) untuk aplikasi energi terbarukan dan segmen EV tertentu yang mengutamakan aspek biaya dan keamanan, dibandingkan jangkauan dan berat.

Meskipun densitas energinya lebih rendah sehingga membuatnya lebih berat, baterai LFP unggul dalam hal keamanan, siklus hidup yang panjang, dan keterjangkauan biaya. Untuk aplikasi stasioner seperti penyimpanan energi terbarukan---dimana bobot bukan kendala---baterai LFP menjadi pilihan utama.

BloombergNEF memproyeksikan pasar global ESS akan tumbuh dari 27 GWh pada 2023 menjadi lebih dari 230 GWh pada 2030, yang didominasi oleh baterai LFP. Namun, berbeda dari NMC, LFP bergantung pada material melimpah seperti besi, sehingga memiliki nilai ekonomi yang rendah dalam proses daur ulang.

Bagi Indonesia, dinamika pasar ini menegaskan pentingnya pendekatan ganda: mengembangkan produksi baterai NMC untuk memenuhi pasar EV, sembari meningkatkan kapasitas manufaktur LFP untuk menangkap peluang besar di sektor penyimpanan energi terbarukan.

Segmentasi ini tidak hanya menyelaraskan produksi dengan kebutuhan pasar, tetapi juga mendiversifikasi risiko, memastikan ketahanan industri baterai listrik tanah air di tengah persaingan global.

Masa depan industri baterai listrik Indonesia terletak pada keberanian untuk berinovasi, beradaptasi dengan kebutuhan pasar, serta membangun fondasi yang kokoh melalui diversifikasi dan kebijakan yang tepat.

Jika langkah-langkah strategis ini dijalankan dengan cermat, Indonesia tidak hanya akan menjadi pemain utama di rantai pasok global, tetapi juga pionir transisi energi bersih di Asia Tenggara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun