Mohon tunggu...
Wahyu Ramdhani
Wahyu Ramdhani Mohon Tunggu... Guru - GURU

PENULIS PEMULA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antarmateri 3.1

2 November 2024   23:48 Diperbarui: 24 November 2024   10:41 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

KONEKSI ANTAR MATERI 3.1
Pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap memiliki pengaruh terhadap bagaimana
pengambilan sebuah keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran yang diambil.


Pratap Triloka yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara yang terkenal dengan semboyan ing ngarso sung
tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri Handayani artinya di depan memberi teladan,di tengah
membangun motivasi/dorongan, di belakang memberi dukungan. 

Berdasarkan hal tersebut diatas
guru sebagai pemimpin pembelajaran sudah sepatutnya bisa menjadi panutan untuk melakukan
proses pendidikan sehingga menjadi pamong untuk para siswa dan setiap masalah yang di hadapi bisa
di kelola dan di buat keputusan dengan menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada
murid, mencoba menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan. 

Dengan
harapan dapat memberi keputusan yang solutif dan tetap memanusiakan manusia.
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh terhadap prinsip-prinsip yang kita ambil
dalam pengambilan keputusan.


Pada prosesnya "menuntun" saat siswa akan diberi kebebasan memilih namun guru sebagai pamong
tetap memberi tuntunan dan arahan agar siswa tidak kehilangan arah dan tidak fokus. Seorang
pamong dapat memberikan tuntunan agar siswa menemukan Pasion yang akan berdampak pada
pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. 

Guru sebagai pemimpin pembelajaran
tentu pernah mengalami dilema etika atau bujukan moral pada sebuah keputusan yang diambil saat
menangani kasus murid atau rekan sejawat di sekolah, dengan mempertimbangan nilai benar vs
benar (situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana dua pilihan itu
secara moral benar tetapi bertentangan), benar vs salah (seseorang membuat keputusan antara benar
atau salah)


Kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan
kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping dalam proses pembelajaran kita,
terutama dalam pengujian pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini bisa dibantu oleh sesi
coaching yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.


Dalam aspek pembelajaran dikelas guru sebagai pembawa agen perubahan harus bisa mengetahui
kebutuhan belajar murid sekaligus sebagai memberi contoh yang baik bagi siswa memahami karakter
belajar siswa serta kondisi social emosional sebagai pemimpin pembelajaran dikelas. 

Dalam hal ini
juga untuk terciptanya profil pelajar Pancasila siswa harus bisa menyelesaiakan sendiri persoalan
belajarnya di kelas yang merupakan dilemma bagi mereka, dan di sinilah penting pendekatan
Coaching, dimana guru sebagai coach memberi pertanyaan pemantik yang akan dijawab oleh siswa
untuk menyelesaikan sendiri setiap persoalan yang dilaminya terutama yang merupakan dilema
baginya. 

Guru sebagai pemimpin pembelajaran selalu bersedia meluangkan waktu jika siswa
membutuhkan, atau jika meihat ada perubahan belajar yang menurun pada siswa. Coaching dan itu
tidak terlepas dari komunikasi yang baik antara coach dan coachee, Harapan coaching dapat
mengatasai masalah belajar siswa.


Bagaimana pembahasan studi kasus yang focus pada masalah moral atau etika kembali nilai-nilai
yang dianut oleh seorang pendidik


Seorang pendidik harus bisa melihat bagaiamana persoalan tersebut apakah merupakan dilema etika
atau merupakan bujukan moral, nilai-nilai yang akan diambilpun merupakan nilai yang merupakan
proses kegiatan yang merupakan titik temunya adalah sebagai pemimpin pembelajaran tetap dengan
berbagai cara akan menuntun siswa tersebut kearah yang lebih baik dalam pengambilan keputusan.
Keputusan yang diambil merupakan keputusan yang bertanggung jawab.


Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan
yang positif, kondusif, aman dan nyaman.


Pengambilan keputusan yang tepat sebagai pemimpin pembelajaran tentunya akan berdampak
postif, aman, dan nyaman apabila kita bisa melihat kondisi saat mana kita akan mengambil sebuah
keputusan yang tentu yang jika itu adalah dilema maka kita bisa meminimalisir dilema tersebut agar
dalam pengambilan yang bersifat dilema itu tidak terlalu berpengaruh. 

Dan jika merupakan suatu
bujukan moral kita harus mengetahui bahwa hal yang dilakukan salah dan nantinnya guru sebagai
pemimpin pembelajaran akan dengan bijak membuat keputusan namun tetap membimbing siswa
menuju ke pengambilan keputusan tepat baik untuk guru maupun untuk siswa meskipun susah. 

Dalam
hal ini siswa tetap merasa bahwa guru adalah seorang pemimpin yang mampu membuat situasi
kondusif, aman dan nyaman di lingkungan sekolah maupun sekitarnya.


Apakah kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan
keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali kemasalah perubahan
paradigma di lingkungan Anda?


Sebagai makluk social dan sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengambilan suatu keputusan tidak
akan luput dari dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika merupakan situasional, yaitu antara
benar-benar memegang aturan demi suatu keadialan. 

Namun terkadang kita susah membedakan
mana yang merupakan dilema etika dan bujukan moral, misalnya saja kasus berbohong yang sudah
pasti merupakan tindakan salah , meskipun tujuannya baik tetap saja merupakan kesalahan. 

Adapun hal yang perlu diperhatikan sebelum mengambil sebuah keputusan dalam dilema etika, 4 paradigma,
* Individu lawan masyarakat (individual vs community)
* Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
* Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
* Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Tiga prinsip yang bisa di gunakan untuk mengambil keputusan yaitu :
* Berpikir berbasis hasil akhir (ends-based Thingking)
* Berpikir berbasis peraturan (rule base thingking)
* Berpikir berbasis rasa peduli (care base thingking)


Sedangkan untuk cara menguji keputusan kita bisa di gunakan 9 tahapan secara berurutan
1. Mengenali ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini
4. Pengujian benar atau salah (Uji legal, Uji Regulasi/Standar Profesiaonal, Uji intuisi, Uji halaman
Depan Koran, Uji Panutan/Idola )
5. Pengujian paradigm benar atau salah
6. Prinsip pengambilan keputusan
7. Investigasi Opsi Trilema
8. Buat keputusan
9. Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan
Pengaruh pengambilan keputusan dengan pembelajaran yang memerdekakan murid kita?


Sebagai seorang Guru yang setiap hari bertemu dengan murid dan bertemu dengan teman sejawat
yang mempunyai karakter bermacam-macam dan mempunyai masalah beragam pula, saya merasa
terbantu dengan penjelasan materi dari modul 3.1 sebab sebelumnya kita sering menemukan
masalah 

namun kita selalu menyelesaikan masalah secara mentor maupun konseling sekarang setelah
belajar choaching kita lebih bisa mengembangkan cara berfikir kita dan membuat keputusan yang
berfihak pada murid meskipun kadang teman sejawat belum bisa berfikir yang sama. 

dengan semua materi yang telah dipelajari dari modul guru penggerak sudah seharusnya kita bisa memberikan
keputusan yang bersifat positif, membuat siswa merasa nyaman, dan tenang. 

Harapannya kita bisa menciptakan siswa berkarakter profil pelajar pancasila tetapi tetap memiliki kompetensi yang unggul.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi
kehidupan atau masa depan murid-muridnya?


Dengan memberi nilai-nilai positif, menciptakan rasa nyaman pada siswa merupakan motivasi seorang
pendidik dalam mengambil keputusan. Seorang pendidik dengan berbagai cara pasti akan
memberikan yang terbaik untuk siswanya oleh karena itu keputusan yang baik pula untuk
perkembangan siswanya.


kesimpulan akhir yang dapat ditarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitan dengan
modul-modul sebelumnya.


Kesimpulan akhir terkait modul 3.1


Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran dengan modul-modul yang telah dipelajari
sebelumnya merupakan suatu tidak terpisahkan untuk mencapai kemerdekaan dalam belajar pada
murid, Ki Hajar Dewantara dalam menuntut segala proses dan kodrat/potensi anak untuk mencapai
sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar, baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun
masyarakat. 

Selain itu juga dimana proses pembelajaran di seorang pendidik harus bisa melihat
kebutuhan belajar pada anak serta mengelolah kompertensi social emosional dalam mengambil
sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. 

Pendekatan Coaching juga merupakan salah satu cara kita (coach) untuk membantu choachee dalam mencari solusi/ mengembangkan bakat yang terpendam sehingga akan muncul sebuah keputusan yang bertanggung jawab dari choachee. 

Dan dengan belajar mengambil keputusan menggunakan tiga prinsip yang di ajarkan pemikiran kita lebih
terbuka agar bisa mengambil keputusan yang berfihak pada murid atau jika itu dilema etika yang
berkaitan dengan rekan sejawat kita bisa menemukan solusi yang tepat meskipun kadang
menyakitkan hati. Tetapi demi profesionalitas dalam pendidikan bujukan moral harus segera di
punahkan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun