Mohon tunggu...
L. Wahyu Putra Utama
L. Wahyu Putra Utama Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi

Literasi dan Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rubah dan Kawanan Singa

11 Juni 2019   10:03 Diperbarui: 11 Juni 2019   18:05 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat Rubah selangkah lagi  mendapatkan apa yang diinginkan, datang Maksis, sang Gorila lagenda. Cerita keperkasaannya diakui seisi hutan, kisahnya melampaui generasi. Goresan luka lama pada wajah, taringnya yang panjang, genggaman tangannya yang besar, bulu hitam panjang yang menutupi sekujur tubuh, matanya yang memerah membuat seisi hutan bergetar.

Kehadirannya bagai harapan, sinar mentari yang membawa kisah indah bagi masa depan hutan. Semua pandangan menuju arahnya. Dengan sigap, menghantam para singa yang bertikai dan menghempas Rubah dan Buaya. Maksis, berdiri tegak, menatap tubuh raja Rudholf, air matanya menetes mengingat bagaimana perjuangan mereka mempertahankan keutuhan penghuni hutan. Dia meringkih, memukul tubuhnya berkali-kali, kesedihannya dan amarah memuncak. Tak ada satupun dari kawanan Singa yang berani mendekat.

"Dengan nada tinggi, aku tahu siapa dalang dari semua kisruh yang terjadi di hutan ini. Namun, aku yakin, Sahabat karibku, Rudholf mampu menyelesaikan masalah. Tapi detik ini, melihat bagaimana kisah akhir sahabatku, maka aku harus memutuskan siapakah yang berhak meneruskan kekuasaan hutan ini.

Maksim sekejap melompat ke arah Rubah, dengan tangan kananya yang kekar memegang kepala rubah yang terulai lemas terkena hantaman. Harapan yang di depan mata, pupus nyawanya sekarang ada di tangan Maksim.

"Kamulah dalang dari kerusuhan di hutan ini. Enyahlah!! Kamu tidak pantas hidup di hutan damai ini. Matilah". Sementara, kawanan buaya berlari terbirit, meninggalkan alun-alun Sundra, bersembunyi di sungai. Sejak detik itu, kawanan Buaya tak lagi berani menuju daratan.

***

"Akulah yang menentukan siapa paling pantas untuk melanjutkan posisi raja hutan, aku mengutus dan memiih Alexander dari hutan Bulan untuk menjadi raja. Wahai raja Alexander, datanglah!!

Dari kejauhan, kami melihat sosok tubuh kekar, berjalan ke arah kami. Tak salah lagi, itu adalah anak dari raja Rudholf yang selama ini diberitakan telah mati terbunuh. Seisi hutan bertekuk lutut memberi hormat kepada raja baru hutan Alexander. Pun demikian dengan kawanan Singa dan Maksis.

"Aku adalah raja kalian, anak dari raja Rudholf, detik ini, segala pertikaian di hutan ini akan ku hentikan. Aku berjanji kita akan hidup aman dan damai".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun