Mohon tunggu...
L. Wahyu Putra Utama
L. Wahyu Putra Utama Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi

Literasi dan Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rubah dan Kawanan Singa

11 Juni 2019   10:03 Diperbarui: 11 Juni 2019   18:05 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di hutan Utopian hidup beragam jenis binatang dan tetumbuhan. Sirkulasi kehidupan berjalan berirama, seimbang satu dengan lainnya. Titah kawanan Singa adalah raja hutan, paling disegani, suara auman gemuruh dari kejauhan  simbol keperkasaan. Hari itu cukup mengagetkan, kawanan Singa berkeliling hingga di semua begian wilayah menjadi  sinyalemen pesan darurat akan peristiwa yang mengubah nasib masa depan para binatang di hutan. Kawanan Bangau putih sigap mengirim pesan, tergopoh menyampaikan pesan berhari-hari lamanya.

"Semua binatang di minta untuk berkumpul di alun-alun Sundra, tempat suci yang dikeramatkan".

Desas desus yang beredar bahwa Singa Rudholf akan segera turun tahta. Bahkan, konon katanya, raja Rudholf terbunuh oleh saudaranya sendiri sehingga kursi kekuasaan berpindah di tangan saudaranya yang didukung oleh fraksi Rubah, kawanan kotor dan licik yang menyusup.

Tak terkecuali dengan kodok dan burung Kutilang, rakyat rendah yang merasa begitu cemas dengan kondisi hutan. Mereka masih menaruh harapan, agar raja Rudholf, pemimpin besar nan berwibawa itu baik-baik saja, sebab hanya dirinya-lah yang mempu menciptakan stabilitas di hutan Utopian.

Akhirnya, semua binatang berbaris rapi dan memenuhi alun-alun Sundra, pesan apakah yang ingin disampaikan raja Rudholf. Tak menunggu lama, raja para singa itu keluar menuju singgasana, badannya yang kekar, garis luka di wajah dan tatapan tajamnya menggetarkan seisi hutan. Dia-lah singa paling disegani, raja Rudholf.

"Wahai penduduk hutan, maafkan aku telah menyuruh kalian untuk datang. Sundra adalah simbol kekuasaan bagi bangsa kami para Singa, tiga puluh tahun lalu, di tempat ini aku mendapatkan mandat tertinggi sebagai penguasa hutan. Namun, tepat pada hari ini aku mengumumkan kepada kalian semua bahwa waktuku telah usai".

Sontak, ucapan sang raja membuat gaduh seisi hutan. Kijang merah dan Srigala sejenak mendekati raja.

"Selama puluhan tahun, kami berada di bawah lindunganmu, tubuhmu masih kekar dan kuat, lantas kenapa raja mengabil keputusan ini? semua sepakat dengan pertanyaan Srigala dan Kijang. Dengan sigap, Rubah menyela dengan tatapan tajam, sudah waktunya raja Rudholf mundur, apabila dia tetap disinggasana kekuasaan, kami keluar dari pemerintahan ini, dan pertikaian tak dapat terhindarkan. Rubah memang cerdik memanfaatkan situasi, dalam kekuasaan, fraksi Rubah satu-satunya yang teguh membela kaum tertindas sehingga mereka mendapat kekuasaan penuh. Apabila permintaan Rubah tidak dikabulkan, sebagian besar kawanan pendukung termasuk  keluarga raja akan mengikuti keputusan fraksi Rubah.

Keadaan alun-alun Sundra terasa makin memanas, mereka yang masih mendukung agar sang raja tetap mengendalikan kekuasaan dan mereka yang menghendaki agar sang raja turun tahta, digantikan dengan saudaranya.

Politik Rubah terkenal cerdik, licik dan kotor. Selama masa pemerintahan raja Rudholf, fraksi Rubah menghimpun kekuatan bawah dari kalangan yang merasa terpinggir, seperti kawanan Musang dan buaya. Setelah sekian lama menghimpun kekuatan, Rubah berhasil mengelabui keluarga Raja. Pada akhirnya, raja Rudholf kehilangan kekuatan politik.

Suasana alun-alun Sundra makin tegang, raja Rudholf makin terhimpit. Kini sebagian besar kawanan singa berbalik arah, menatap tajam raja. Raja benar-benar dikepung, kawanan singa, rubah dan buaya sudah mengelilingi raja Rudholf yang tidak lagi memiliki dukungan.

Seisi aun-alun pun tak dapat berbuat banyak, mereka menyadari betapa lemahnya mereka, tak dapat sedikitpun mampu menolong sang raja.

***

Alun-alun Sundra, simbol keperkasaan kini berubah menjadi arena pertarungan. Kawanan Singa mengelilingi dan menerkam raja Rudholf, rubah dan buaya ikut menyerang. Tubuh kekar sang raja, robek bersimpah darah, tubuh perkasa itu tak lagi mampu menahan cabikan dan terkaman taring-taring lawan-lawannya. Raja Rudolf meringih, meraung dengan suara yang didengar hutan.

Sementara, kawanan-kawanan lain, menahan sedih. Rasanya mereka ingin membela, namun tak kuasa, menahan sedih atas tragedi yang menimpa raja agung dan melagenda itu.

Darah mengalir dari sekujur tubuh raja, tubuh sang raja tumbang tak bergeming. Kawanan singa, buaya dan rubah masih saja merobek tubuhnya itu. Mereka menghadap langit, taring-taring mereka dilumuri darah, menatap ke arah langit, dengan tatapan tajam menunggu takdir siapakah yang pantas menerima tahta raja baru. Mereka mengaung keras, berdiri melingkar dengan rasa sombong dan angkuh.

***

 Setelah Rudholf mati di tangan mereka. Rubah kembali bersuara. "Dari kawanan Singa, yang hanya pantas menjadi raja adalah yang paling kuat. Singa terkuat akan mendapatkan dukungan penuh kami, fraksi Rubah. Singa Ronn, membalas.

"Bukankah Aku yang paling pantas menjadi raja hutan, selama ini engkau  telah mendukung dan membelaku sepenuh hati untuk melawan Rudholf".

"Aku memang mendukungmu, itu karena kamu-lah yang paling bernafsu untuk membunuh Rudholf. Takdir Raja hutan adalah untuk saling membunuh, yang terkuat adalah pemenang dan paling pantas menjadi raja".

Rubah begitu cerdik, berhasil memperdaya dan menghasut kawanan Singa. Raja Rudholf yang paling dibencinya, terbunuh di depan mata dan didepan penduduk hutan. Dalam hatinya merasa puas, disinilah puncak kebahagiaan. Selangkah lagi, tujuannya akan tercapai, dalam hati hanya kawanan Rubah-lah paling pantas menerima julukan raja hutan.

***

Saat Rubah selangkah lagi  mendapatkan apa yang diinginkan, datang Maksis, sang Gorila lagenda. Cerita keperkasaannya diakui seisi hutan, kisahnya melampaui generasi. Goresan luka lama pada wajah, taringnya yang panjang, genggaman tangannya yang besar, bulu hitam panjang yang menutupi sekujur tubuh, matanya yang memerah membuat seisi hutan bergetar.

Kehadirannya bagai harapan, sinar mentari yang membawa kisah indah bagi masa depan hutan. Semua pandangan menuju arahnya. Dengan sigap, menghantam para singa yang bertikai dan menghempas Rubah dan Buaya. Maksis, berdiri tegak, menatap tubuh raja Rudholf, air matanya menetes mengingat bagaimana perjuangan mereka mempertahankan keutuhan penghuni hutan. Dia meringkih, memukul tubuhnya berkali-kali, kesedihannya dan amarah memuncak. Tak ada satupun dari kawanan Singa yang berani mendekat.

"Dengan nada tinggi, aku tahu siapa dalang dari semua kisruh yang terjadi di hutan ini. Namun, aku yakin, Sahabat karibku, Rudholf mampu menyelesaikan masalah. Tapi detik ini, melihat bagaimana kisah akhir sahabatku, maka aku harus memutuskan siapakah yang berhak meneruskan kekuasaan hutan ini.

Maksim sekejap melompat ke arah Rubah, dengan tangan kananya yang kekar memegang kepala rubah yang terulai lemas terkena hantaman. Harapan yang di depan mata, pupus nyawanya sekarang ada di tangan Maksim.

"Kamulah dalang dari kerusuhan di hutan ini. Enyahlah!! Kamu tidak pantas hidup di hutan damai ini. Matilah". Sementara, kawanan buaya berlari terbirit, meninggalkan alun-alun Sundra, bersembunyi di sungai. Sejak detik itu, kawanan Buaya tak lagi berani menuju daratan.

***

"Akulah yang menentukan siapa paling pantas untuk melanjutkan posisi raja hutan, aku mengutus dan memiih Alexander dari hutan Bulan untuk menjadi raja. Wahai raja Alexander, datanglah!!

Dari kejauhan, kami melihat sosok tubuh kekar, berjalan ke arah kami. Tak salah lagi, itu adalah anak dari raja Rudholf yang selama ini diberitakan telah mati terbunuh. Seisi hutan bertekuk lutut memberi hormat kepada raja baru hutan Alexander. Pun demikian dengan kawanan Singa dan Maksis.

"Aku adalah raja kalian, anak dari raja Rudholf, detik ini, segala pertikaian di hutan ini akan ku hentikan. Aku berjanji kita akan hidup aman dan damai".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun