Beberapa tahun silam, ada peristiwa yang mengerikan, dimana nyawa ternyata lebih murah dibandingkan uang dua ribu rupiah.Â
Ingat betul, kejadian itu disebabkan soal lahan parkir. Orang-orang memperebutkannya, tidak peduli kalau nyawa jadi taruhan.Â
Dalam waktu dekat ini, sekiranya sebulan berlalu, di Kalimantan, ada keributan soal lahan parkir. Liarnya, berita itu menyebar tanpa filter, seolah-olah bentrok yang terjadi ada sentimen etnis di sana.Â
Sebenarnya ada apa dengan lahan parkir? Mengapa ia diperebutkan begitu keras oleh orang yang berkecimpung di dalamnya?
Ada beberapa alasan.Â
Pertama, lahan parkir layaknya saham di suatu perusahaan. Ada bagi hasil di sana, semua orang hidup dari pungutan dua ribu rupiah.Â
Pemilik lahan dapat untung, begitu pun pelanggan toko, pemilik toko, terutama juru parkir dan keluarganya.Â
Bayangkan saja, dalam sehari, seorang juru parkir bisa menyalip gaji guru honor.Â
Bukan merendahkan guru, tapi fakta di lapangan demikian adanya. Wajar saja orang-orang rela mati demi mempertahankan lahan parkir.Â
Kedua, siklus kehidupan berlangsung di sana. Seperti yang sudah disebut di awal, bahwa yang menikmati hasil parkir itu bukan seorang saja, jika dilebarkan dalam kaca mata yang lebih luas, penikmat hasil parkiran itu bisa satu generasi.Â