Sami tak mendengar keseluruhan pembicaraan ditelepon itu. Akan tetapi, Sami lebih dari paham apa isi pembicaraan yang terpotong-potong itu.
Dengan nada emosi, kalimat penutup dalam perbincangan itu terdengar oleh Sami.
“saya tidak mau tahu!, Hei Pak, Itu bukan urusan saya! kamu ahlinya! Saya tidak mau rugi! Kalau ada yang harus dikorbankan, kamulah orangnya!"
sambungan telepon akhirnya diputus oleh orang itu.
Kali ini, si pimpinan menyadari bahwa dia tak sendiri di ruangan itu. Wajahnya merah pucat, keringatnya dikepalanya mengalir, tangannya menahan kepala bagian depan yang rasanya akan terlepas dari badan dan jatuh ke lantai, memikirkan nasib usahanya tahun depan.
“kamu dengar sendiri, bukan?”
nada bicaranya lain, menjadi lebih pelan, berbeda dengan yang terdengar oleh Sami tiga puluh menit lalu.
Tanpa memikirkan apa-apa lagi, dengan tekat yang bulat, jalannya telah ia pilih. Sambil mengangkat wajahnya, Sami lalu berdiri meninggalkan ruang kerja yang kusam itu, meninggalkan pimpinannya yang heran dan tidak menyangka.
Sebelum tiba di pintu keluar, Sami berbalik lalu berkata.
“Sekali dan terakhir kali, Pak. Bukan ini yang kami cari! Kami tak ahli soal seperti ini! yang diutamakan seharusnya bukan cuma materi! Silahkan, kalau mau memotong gaji, hari ini juga, saya mengundurkan diri”
**