Sebait tulah suci di induk peradaban
Mengurai kembali dalam angan dan relung sukma
Tentang seonggok prasetia teruna
Mengatasnamakan tanah air, tumpah darah nan bahasa
Napas menderu, menuntut satu meski senjang dimana-mana
Menenteng tonggak pergerakan dalam pancuran darah muda
Gelagat kristalisasi jiwa, nyata menggelora
Menumbangkan keegoisan, menabur altruisme paling eksotis
Kala satu abad lampau
Lamun, semesta telah menyulap peradaban
Mayantra telah membungkus solidaritas
Janji muda atas bahasa telah hanyut tinggal jenama
Gagap oleh bahasa tiri yang lebih sedap
Jangankan dirasa, didikte pun terlewat sudah
Napas tak lagi menderu meski darah muda kian sentosa
Katanya di junjung ke punca langit kesekian
Bahasa yang katanya "Indonesia" justru terpental dari singgasana
Menelan irama asing lebih menawan, menyusup lebih nyaring ke gendang telinga
Pajang kupingmu, kawan!
Pantang tarik langkah mengawal eksistensi bahasa bumi
Aksioma telah mengucur tanpa ribuan kausa
Nir bahasa bergelar "Indonesia"
Nagara tak akan menalar sunda, jawa, asmat bercakap apa
Wujudkan risalah bertutur dalam dekapan bahasa yang sempurna
Dendangkan untaian cipta karya bertabur melodi sastra Indonesia
Agar ia tak luntur oleh kecaman mayapada
Biar ia tak hanya sekadar sebait akad yang terlunta-lunta
Namun, ia adalah jati diri yang melegenda dalam nagari bertajuk Nusantara
Pajang darmamu, Kawan!
Bentangkan sayapmu untuk dekap bahasamu
Demi kesatuan yang diidam-idamkan sang pujangga dunia