Mohon tunggu...
Wahyu Fajar Lestari
Wahyu Fajar Lestari Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer - Mahasiswa

Menyukai pendidikan, menulis, dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dekap Bahasamu, Kawan

10 Agustus 2024   16:08 Diperbarui: 10 Agustus 2024   16:11 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebait tulah suci di induk peradaban

Mengurai kembali dalam angan dan relung sukma

Tentang seonggok prasetia teruna

Mengatasnamakan tanah air, tumpah darah nan bahasa

Napas menderu, menuntut satu meski senjang dimana-mana

Menenteng tonggak pergerakan dalam pancuran darah muda

Gelagat kristalisasi jiwa, nyata menggelora

Menumbangkan keegoisan, menabur altruisme paling eksotis

Kala satu abad lampau

Lamun, semesta telah menyulap peradaban

Mayantra telah membungkus solidaritas

Janji muda atas bahasa telah hanyut tinggal jenama

Gagap oleh bahasa tiri yang lebih sedap

Jangankan dirasa, didikte pun terlewat sudah

Napas tak lagi menderu meski darah muda kian sentosa

Katanya di junjung ke punca langit kesekian

Bahasa yang katanya "Indonesia" justru terpental dari singgasana

Menelan irama asing lebih menawan, menyusup lebih nyaring ke gendang telinga

Pajang kupingmu, kawan!

Pantang tarik langkah mengawal eksistensi bahasa bumi

Aksioma telah mengucur tanpa ribuan kausa

Nir bahasa bergelar "Indonesia"

Nagara tak akan menalar sunda, jawa, asmat bercakap apa

Wujudkan risalah bertutur dalam dekapan bahasa yang sempurna

Dendangkan untaian cipta karya bertabur melodi sastra Indonesia

Agar ia tak luntur oleh kecaman mayapada

Biar ia tak hanya sekadar sebait akad yang terlunta-lunta

Namun, ia adalah jati diri yang melegenda dalam nagari bertajuk Nusantara

Pajang darmamu, Kawan!

Bentangkan sayapmu untuk dekap bahasamu

Demi kesatuan yang diidam-idamkan sang pujangga dunia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun