Bergelimpang hampir sekarat daya, kelihatannya
Napasnya sesak di hulu, tersengal-sengal
Raut cilut, kecut durja
Gemetar jiwa diambang kematian meratapi peruntungan kotor
Nalarnya bersengkarut penuh kedok dilambai pahit nikmat benda itu
Tunggakan bergelontoran, saing handai tak tahu dimana
Hasrat dihajar remuk egoisme emas tempawan
Tulisan nasib mapan bak tak pernah kebagian, sarwa ugal-ugalan di muka
Berteman detak jantung yang bergetar hebat hendak keluar dari peraduan
Ah tumbuh segan, mati pun enggan menyusuri duluan
Tersiksa sebelum nyawa melayang jadi satu-satunya tombol pilihan
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!