Ada pepatah lama mengatakan "Banyak Anak, Banyak Rejeki". Ada juga pepatah Jawa " Anak Nggowo Rejeki Dhewe-dhewe (anak membawa rejeki sendiri-sendiri). Lantas apa yang membuat kita merasa perlu untuk tidak memiliki anak (childfree)?
Â
Setiap manusia pastilah ingin hidupnya selalu bahagia. Demikian juga ketika kita memutuskan untuk berkeluarga. Maka, membangun keluarga adalah salah satu jembatan mewujudkan kebahagiaan. Lazimnya, sebuah keluarga bahagia adalah keluarga yang terdiri dari kedua orang tua dan anak-anaknya.Â
Â
Kehadiran anak selama ini dipercaya sebagai faktor utama terwujudnya kebahagiaan keluarga. Orang tua kadang merelakan segalanya demi punya anak. Perceraian kadang juga dipicu karena ketidakhadiran seorang anak. Bahkan seorang istri merelakan suaminya menikah lagi demi memenuhi keinginannya memiliki anak. Lantas kalau ada keinginan untuk tidak memiliki anak (childfree), apa salahnya?
Â
Sekali lagi, kita hidup tentu ingin meraih bahagia. Kita berkeluarga juga untuk meraih bahagia. Dan kita memiliki anak juga untuk meraih bahagia. Lantas, ketika hadirnya anak tidak menghadirkan kebahagiaan tentu akan muncul pertanyaan, ada apa dengan anak?
Â
Ada beberapa pertimbangan yang membuat sepasang suami istri tidak menginginkan anak (childfree). Di antaranya karena tidak siap memiliki anak, secara ekonomi merasa tidak akan bisa membesarkan anak, khawatir anaknya akan menderita, atau juga karena tidak ingin repot dengan anak-anak atau bahkan karena kehadiran anak hanya akan mengurangi cinta di antara pasangan tersebut dan sebagainya.
Â
Argumentasi argumentasi yang disampaikan untuk membenarkan pilihan hidup untuk tidak punya anak biasanya lebih mendasarkan pada kekuatan akal pikiran manusia semata. Persoalan khawatir repot, khawatir anaknya menderita, cemas cinta pasangan berkurang dan bla..bla, itu semua adalah wilayah akal manusia. Sementara kita hidup tidak selalu mengikuti logika akal manusia.Â