Mohon tunggu...
Wahyu Kuncoro
Wahyu Kuncoro Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca di saat ada waktu, penulis di saat punya waktu.

Seorang suami dan ayah 1 anak, tinggal di Bali.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membaca(kan) Cerita ke Anak: Tak Sekadar Ikut Daring

24 Maret 2020   12:29 Diperbarui: 24 Maret 2020   13:26 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita perlu memfasilitasi alternatif belajar yang lebih kontekstual, yang mengatasi lemahnya peran guru menggunakan sarana teknologi informasi mutakhir. Mari gunakan yang ada dan optimalkan yang sudah ada. Membaca adalah sebuah aktivitas belajar yang bisa diorganisir dengan lebih mudah. Kita cukup menggunakan Whatsapp.

Kegiatan ini tidak popular, tapi tetap membantu anak belajar. Hal yang perlu dipahami dari kegiatan ini adalah melalui kegiatan tersebut anak-anak masih memiliki aktivitas kognitif. Anak tetep mengasah imaginasinya. Anak masih terlibat dalam berpendapat menanggapi cerita yang dibaca. Di sisi lain, anak bisa mendapatkan hiburan (joyful reading) dari kegiatan tersebut di sela-sela tuntutan belajar yang diminta sekolah atau orang tua.

Belajar itu penting, kapan pun dan di mana pun. Situasi sekarang menjadi nyata  bahwa di rumah menjadi sebuah ruang belajar yang utama bersama keluarga. Tapi, justru kita sedang terperangkap pada sebuah jargon itu. Dalam kondisi khusus ini, kita masih akan 'memaksa' anak untuk belajar model di kelas dengan materi-materi selayaknya kondisi umum di sekolah.

Rumah menjadi sekolah baru jarak jauh dengan seperangkat materi pembelajaran yang telah tersusun dan terjadwal sistematis. Rumah sebagai taman menjadi kehilangan jati dirinya sebagaimana diangankan oleh Ki Hajar Dewantara.

Dengan kegiatan membaca yang diagendakan antara orang tua dan anak, rumah seabgai taman diciptakan. Relasi antara orang tua dan anak dipererat. Ada kedekatan yang bisa dibangun dengan diskusi kecil tentang sebuah cerita anak. Imaginasi anak dihidupkan dan afeksi anak disentuh.

Mempraktikkan Membaca Buku Virtual

Belajar dalam situasi kritis sebaiknya mengajak anak untuk tetap beraktivitas secara mental namun dengan cara yang lebih merdeka. Membaca buku cerita, misalnya. Orang tua bisa mendampingi anak-anak dalam kegiatan ini, baik membacakan cerita atau menemani anak membaca cerita dan mengajak berdiskusi.

Praktisnya, guru bisa mengajak orang tua dalam kegiatan ini dengan mengirim pesan lewat Whatsapp. Misalnya guru share link kepada Whatsapp group orang tua murid sebuah buku cerita virtual dari Let's read atau literacycloud. Dua platform tersebut mnyediakan buku-buku cerita yang cukup bagus. Guru juga bisa mencari dari situs lainnya.

Pesan WA group dari guru bisa seperti ini:

Bapak/Ibu, saya kirim link buku cerita anak. Mohon luangkan waktu 15 menit untuk menemani putra/putri Anda membaca cerita atau Anda membacakan cerita tersebut kepada putra/putri Anda.

Beri panduan apa yang harus dilakukan sebelum membaca. Orang tua diarahkan untuk bertanya kepada anaknya: tanyakan gambar apa saja yang ada di sampul, kaitkan dengan kehidupan anak, beri pertanyaan prediksi apa yang akan terjadi dalam cerita atau yang akan dialami tokoh.  Tiga pertanyaan tersebut dapat diringkas sebagai pertanyaan sampul, pertanyaan koneksi, pertanyaan prediksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun