Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 60. Mimpi Seorang Biksuni

8 Desember 2024   18:19 Diperbarui: 8 Desember 2024   20:55 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi wahyudi

Namun perhatian wanita itu segera beralih kepada dua orang yang menjerit kesakitan kena sabetan pedang Sekar Sari. Keduanya terhuyung-huyung  sebentar dan jatuh menelungkup di tanah. Disusul teriakan terputus dua  orang lainnya yang  kepalanya terpenggal oleh pedang Sekar Arum.

Melihat kejadian singkat dan mengerikan itu Dewi Kilisuci berteriak sambil menutup matanya.

"Bibi. Jangaaann.." 

Semua terkejut mendengar teriakan  gadis remaja yang tidak pernah menyaksikan betapa ganas dan kejamnya pertempuran. Sekar Arum tak lagi melihat korbannya, ia segera masukkan kedua pedang kesarungnya dan bergegas lari menghampiri Dewi Kilisuci. Wanita pendekar itu segera memeluk gadis remaja yang minta ikut dengannya ke kademangan Maja Dhuwur.

Wanita biksuni itu kembali memperhatikan lawan-lawannya. Ketika ia membaca tanda-tanda mereka hendak lari dari arena pertempuran, dengan cepat sabuknya digerakkan. Tiba-tiba benda lentur itu  tegang  seperti tongkat lurus yang ujungnya menyerang lawan. Dua totokan beruntun menyasar paha mereka.  Dua laki-laki itu lantas jatuh duduk di tanah dengan dua kaki tak dapat digerakkan.

"Amitaba, semoga Budha mengampuni." Katanya berulang kali setelah melihat empat orang terkapar bersimbah darah. Tangan  kirinya terbuka dengan jari-jari lurus  keatas menempel di dadanya.

Setelah ia mengikatkan sabuk dipinggangnya, bersama Sekar Sari ia bergegas menghampiri gadis yang didengarnya  berteriak ketakutan.

Setelah dekat ia membungkuk hormat kepada orang-orang  berkuda yang sebagian telah  menolongnya. Namun perilakunya nampak aneh ketika melihat wajah gadis remaja yang berdiri di depannya.

"Amitaba. Budha memberkati." Demikian katanya berulang kali. Sambil membungkukkan badan dengan takjimnya memberi hormat kepada Dewi Kilisuci.

"Benarkah saya berhadapan dengan Dewi Kilisuci, putri sulung pangeran Erlangga ? " tanyanya.

Dewi Kilisuci dengan ragu-ragu menganggukkan kepala. Anggota rombongan lain merasa  heran wanita itu telah mengenal  nama gadis itu. Sikapnyapun menimbulkan aneka pertanyaan, betapa wanita itu begitu hormat dengan gadis remaja  di depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun