*****
Perjalanan karma belum selesai. Kini pangeran sulung yang terincar jadi sasaran perjalanan karma itu. Barangkali cara Tuhan untuk memecah cangkang keras yang menutup hati raja, agar segera insyaf atas dosa-dosa masa lalunya. Jangan meniru Firaun di masa lampau.
Sebuah akun di platform kaskus bernama pupupapa terbongkar. Isinya catatan harian hasil kreatifitas gemilang menuangkan kecerdasan dan luasnya wawasan yang di duga kuat milik pangeran. Dari catatan itu kapabilitas sang pangeran bisa ditakar.
Sayang sekali catatan itu bukan hasil goresan pena bernilai prima, seperti catatan negarawan-negarawan pendahulunya yang pernah menjabat wakil raja. Seperti Mohammad Hatta, Hamengku Buwana, atau Adam Malik, yang karya tulis dan biografinya layak jadi bahan obrolan ilmiah yang bermakna untuk mengasah pikiran generasi muda.Â
Pangeran muda yang disohorkan cerdas dan pintar itu, isi catatannya hanya satu dua kata yang tersebar di banyak unggahan. Isinyapun hanya ejekan, hinaan, dan kalimat mesum, seperti tanggapannya tentang payudara artis-artis cantik yang menjadi pelampiasan obsesifnya. Semuannya terlempar dari ketinggian dan meluncur deras ke tengah publik.Â
Kini kata-kata itu berubah sifatnya menjadi bola salju liar yang terus membesar. Menabrak segala pagar yang dibangun raja, dan pecah menjadi gumpalan yang kecil dan terus menggelinding dengan dahsyatnya.
Bola-bola itu menabrak pikiran rakyat, lahirlah kalimat-kalimat baru dari serpihan bola-bola itu, serpihan itupun terus berputar dan melesat cepat menggelinding dahsyat ke segala arah.
"Layakkah ia menjadi wakil raja di negeri Konoha ?"Â
"Jangan pasang fotonya di dinding-dinding rumah rakyat jika ia dipaksakan dilantik."Â
"Adili saja dia bersama keluarganya"Â
"dari mana kekayaannya yang besar itu, tidakkah hasil melaoundry uang hasil korupsi dan gratifitasi ?"Â